TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Provinsi Jawa Timur Soekarwo menyayangkan kematian satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) berturut-turut. Meski begitu, Soekarwo mengaku memaklumi jika satwa itu mati karena tua, seperti harimau putih dari Benggala. (baca: Harimau Benggala Putih KBS Mati Wajar?)
Meski begitu, Soekarwo menyarankan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini segera mempercepat konservasi sebagai prioritas pembenahan di KBS.
"Secara manajemen, memang kebun binatang itu harus ada kebun atau tempat hewannya dan tempat konservasinya. Sebab, bagaimana mungkin satwa yang sakit menular, misalnya, di tempatkan dengan kandang yang sama dengan hewan yang sehat,” kata Soekarwo kepada Tempo saat ditemui di gedung Pemprov Jawa Timur, Jumat, 7 Februari 2014.
Menurut Soekarwo, kematian hewan KBS karena tua itu wajar, tapi faktor lingkungan KBS juga bisa mempengaruhi kesehatan hewan. "Kematian hewan di KBS bisa juga dipercepat karena lingkungan," ujarnya. (baca: 84 Satwa Kebun Binatang Surabaya 'Menanti Ajal')
Kondisi Surabaya yang semakin padat dengan polusi udara di tengah kota tentu secara tidak langsung mempengaruhi kodisi kesehatan hewan KBS. Selain itu, kondisi KBS yang terlalu padat hewan juga mempengaruhi kesehatan satwa. Jadi, menurut Soekarwo, perlu segera dibangun tempat konservasi.
"Zaman Wali Kota Pak Said, ada tempat konservasi di Benowo. Surabaya. Saat Wali Kota Surabaya Bambang D.H. juga ada tempat konservasinya di daerah Wonorejo, Surabaya. Tapi sekarang KBS tidak punya," kata Soekarwo. Karena itu, Soekarwo berharap konservasi hewan KBS segera dibereskan.
NURUL CHUMAIDAH