TEMPO.CO, Guangzhou – Sebuah tindakan keras dalam memberantas prostitusi di “ibu kota seks” di Cina, Dongguan, menjadi sorotan yang kontroversial. Langkah ini dianggap begitu berani lantaran pemerintah melakukan penggerebekan 12 tempat hiburan yang diduga kuat menyediakan layanan yang diilegakan ini.
Menurut laporan Xinhua, 6.700 polisi dikerahkan untuk menyerbu sauna, hotel, panti pijat, bar, dan karaoke yang dicurigai menawarkan layanan prostitusi di Dongguan, Provinsi Guangdong. Dari hasil penggerebean tersebut, polisi berhasil mengamankan 67 orang pada Senin, 10 Februari 2014.
Penangkapan ini menimbulkan reaksi beragam dari berbagai kalangan. Sejumlah aktivis mengklaim prostitusi di Cina, terutama di Dongguan--berada di tenggara Cina, harusnya dilegalkan mengingat pendapatan Kota Dongguan banyak dihasilkan dari sektor prostitusi.
Kota ini telah lama dikenal sebagai pusat hiburan dengan industri seks yang merajalela. Sebuah laporan menyebutkan setidaknya ada 300 ribu pelaku industri seks di Dongguan.
Banyak yang menganggap sinis operasi pemerintah ini. Mereka mengganggap industri prostitusi tidak akan benar-benar bisa dihapus mengingat adanya sejumlah pejabat yang menjadi "payung pelindung", meski akhirnya anggapan ini dibantah.
Namun pihak lain mengacungi jempol upaya pemerintah. Prostitusi sudah diilegalkan di Cina sejak enam dekade terakhir dan harus diberantas. Pendukung aksi ini menyatakan memberantas prostitusi akan membuat Cina lebih indah dan beradab.
XINHUA | ANINGTIAS JATMIKA
Berita Lainnya:
Bagaimana Upaya Terakhir RI Bebaskan Usman-Harun?
Busway Baru Jokowi dari Cina Barang Bekas?
Ratusan Permintaan Cina, KPK Hanya Minta Anggoro
Suami Dikelilingi Aktris, Airin Cuma Senyum
Angel Lelga Ogah Dites Baca Quran