TEMPO.CO, Surabaya - Direktur Operasional Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS) Kebun Binatang Surabaya (KBS) Liang Kaspe mengatakan kematian kijang betina usia delapan tahun disebabkan kembung. “Perutnya kembung, membesar, sehingga mendesak paru-paru dan jantung," kata Liang saat dihubungi Tempo, Kamis, 13 Februari 2014.
Kesimpulan itu merupakan hasil otopsi sementara tim dokter hewan di ruang karantina KBS. Tim menemukan sisa makanan dan gas di lambung kijang. Akibatnya, gas atau asam lambung menyerang organ lainnya dengan cepat. Penyebab kembung pada satwa, kata Liang, dapat dipicu oleh cuaca yang tidak menentu. Terkadang panas, kadang juga hujan, sehingga menyebabkan rumput sebagai makanannya menjadi lembab dan basah. Oleh karena itu, banyak satwa herbivora seperti kijang yang mati akibat kembung.
Paru-paru kijang berwarna kemerahan dan terdapat busa dalam tenggorokannya. "Ini bukan berarti keracunan lho, ya.” Menurut Liang, warna kemerahan pada paru-paru disebabkan adanya desakan lambung yang membesar dua kali lipat dari ukuran normal akibat gas asam lambung. Sedangkan busa di tenggorokan merupakan dahak.
Kijang betina itu ditemukan mati di kandangnya oleh petugas patroli sekitar pukul 05.30 tadi. Menurut pengakuan keeper, kijang masih dalam kondisi sehat dan normal sehari sebelum kematiannya. Kini koleksi kijang kebun binatang tertua itu tinggal 19 ekor, terdiri atas lima ekor jantan, empat ekor betina, dan 10 ekor anakan.
DEWI SUCI RAHAYU