TEMPO.CO, Yogyakarta - Abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud mengguyur hampir semua kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah, termasuk Yogyakarta. Karena bentuknya yang halus, material tersebut dengan mudah terhirup dan masuk ke mata.
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Arida Oetami mengatakan penggunaan masker hanya mengurangi risiko dari gangguan infeksi saluran pernapasan atas alias ISPA. "Masker saja tidak cukup," katanya kepada Tempo, Jumat, 14 Februari 2014.
Arida meminta warga mengenakan kacamata setiap keluar rumah. Dia mewanti-wanti masyarakat supaya tidak mengucek mata yang terkena abu vulkanik. Sebab, tangan yang tidak steril berpotensi membuat mata iritasi. "Membersihkan debu di mata bisa dengan membasuh dengan air bersih," ujarnya.
Upaya antisipasi yang paling aman, kata Arida, adalah meminimalkan kegiatan di luar ruangan sampai udara bersih dari abu Gunung Kelud. "Lebih baik tidak keluar rumah kalau tidak ada keperluan," katanya.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan abu dan pasir pada lapisan 5.000 meter terbawa angin ke arah barat laut dan lapisan 9.000 meter ke arah barat. Material tersebut melayang di atmosfer sampai ratusan kilometer, mencapai Yogyakarta dan Solo.
Di banyak tempat, petugas membagi masker secara cuma-cuma. "Kalau ada yang dijual, silakan laporkan," kata BPBD DIY Gatot Saptadi. Dia mengatakan belum ada laporan soal warga Yogyakarta yang mengalami keluhan kesehatan terkait abu Gunung Kelud.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Berita terkait
Hujan Pasir Kelud Mulai Berhenti
PLN Padamkan Listrik Seputar Kelud
Penduduk Diminta Waspadai Kubah Lava Kelud
Kelud Meletus, Pengguna Twitter Abaikan Valentine