TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Muhamad Chatib Basri yakin defisit transaksi berjalan tahun ini bisa menyusut hingga 2,5 persen dari produk domestik bruto seiring keberhasilan paket kebijakan yang bisa memperbaiki ekspor dan menurunkan impor. “Defisit transaksi berjalan bisa mencapai di bawah 3 persen, bahkan bisa 2,5 persen pada akhir 2014,” ujarnya di kantor Kementerian Keuangan, Senin, 17 Februari 2014.
Ia mengungkapkan pemerintah akan mengawasi tren defisit transaksi berjalan yang diperkirakan akan naik pada kuartal kedua tahun ini karena tingginya impor barang modal dan kembali membaik pada pertengahan tahun. “Perusahaan akan mulai investasi dengan impor barang modal pada kuartal kedua. (Defisit) harus dijaga agar tidak mencapai 4,4 persen,” tuturnya.
Meski tidak ada angka pasti di kisaran berapa neraca berjalan ideal, menurut Chatib, bursa akan lebih bergerak positif jika defisit neraca transaksi berjalan bisa berada di bawah angka 3 persen. “Orang suka nervous kalau current account deficit masih di atas 3 persen. Maka 2,5 persen saya kira,” katanya.
Ia mengatakan pemerintah akan terus hati-hati dalam melihat tren defisit transaksi berjalan. Menurut dia, neraca transaksi berjalan akan mengalami kenaikan pada kuartal II karena tingginya impor barang modal. “Perusahaan akan mulai investasi dengan impor barang modal pada kuartal II. Harus dijaga agar tidak mencapai 4,4 persen. Tapi kuartal III dan IV kembali membaik,” ujarnya.
Bank Indonesia sebelumnya mengumumkan defisit transaksi berjalan mengalami penurunan cukup tajam menjadi US$ 4 miliar atau 1,98 persen dari produk domestik bruto (PDB). Defisit ini jauh lebih rendah dari defisit triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 8,5 miliar (3,85 persen PDB) maupun perkiraan awal Bank Indonesia (BI).
Menurut bank sentral, penurunan defisit transaksi berjalan didukung oleh naiknya surplus perdagangan barang yang bersumber dari bertambahnya surplus neraca nonmigas dan menyempitnya neraca perdagangan migas.
Lebih jauh, Chatib mengatakan perbaikan transaksi berjalan tersebut telah membuat nilai tukar rupiah menguat. Namun penguatan tersebut masih dinilai di atas fundamental ekonomi. “Bank Indonesia harus menjaga volatilitas tidak terus tajam seperti saat ini. Angka Rp 12 ribu itu masih under value,” katanya.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Berita terpopuler:
Ustad Hariri Nyaris Lempar Mikrofon ke Bos Entis
Kunjungi Korban Kelud, Ini Kereta Ani Yudhoyono
Cinta Penelope Diajak Nikah Siri Ustad Hariri
Kantor Dikosongi, Wali Kota Risma Bersiap Mundur?
2 Remaja Ganggu Pengamanan Kunjungan SBY ke Kelud