TEMPO.CO, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan lifting minyak dalam skala besar sulit tercapai. "Karena cadangan minyaknya tidak ada sehingga kita sekarang hanya pakai strategi bertahan," kata Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana dalam Forum Energi "Masa Depan dan Tantangan Industri Migas Nasional," Selasa, 18 Februari 2014.
Ia menjelaskan yang perlu dilakukan saat ini adalah mengurangi plant shutdown serta memperlancar proses perizinan. Sedangkan untuk jangka menengah, Pradnyana menyebutkan enhanced oil recovery (EOR) harus dikerjakan. "Karena recovery saat ini rata-rata masih 35 persen."
Bahkan, kata Pradnyana, EOR yang dilakukan PT Pertamina masih 20 persen sehingga ada 80 persen unrecovered reserve yang masih bisa dikuras dengan EOR. "Untuk jangka panjang, cuma eksplorasi," katanya.
Ia menambahkan, eksplorasi penting untuk menemukan cadangan. Tanpa cadangan, tidak mungkin akan ada kegiatan produksi. “Produksi tidak bisa dikembangkan dari basis yang belum terbukti.”
Kegiatan hulu migas memang penuh risiko dan memerlukan modal sangat besar. Ia memberi contoh Lapangan Duri dan Minas di Sumatera yang ditemukan pada 1940-an. Namun Lapangan Minas baru mulai berproduksi pada 1970. Sedangkan produksi Lapangan Duri dimulai pada 1990-an.
"Ini menggambarkan risiko tinggi dan modal besar yang diperlukan sehingga perlu kecermatan mengambil keputusan," kata Pradnyana. Ia mengatakan kegagalan bisa berdampak pada biaya yang luar biasa tinggi.
MARIA YUNIAR
Terpopuler:
Roger Danuarta Positif Pakai Heroin
Wali Kota Tri Rismaharini Siap Mundur
Dituding Plagiarisme, Anggito Mundur dari UGM
Dosen UGM: Jangan Hukum Anggito Seumur Hidup
Ahok: Pengusahanya Kurang Ajar, Mau Dikte Kami!
Siapa M, Pria Penyuntik Heroin ke Tangan Roger?
Ditanya Seleb di Sekitar Suaminya, Airin Hanya...
Ahok Soal Jakarta Monorail: Tak Sanggup, Ya Disetop