TEMPO.CO , Jakarta: Direktur Operasi PT Trans Batavia Jabes Sihombing mengatakan, pihaknya membutuhkan perbaikan di bebeberapa sektor terkait pengoperasian bus Transjakarta. Konsorsium pengadaan dan pegelolaan bus Transjakarta Koridor II Pulogadung-Harmoni dan Koridor III Kalideres-Harmoni ini menyatakan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memperbaiki infrastruktur di sepanjang jalan yang dilalui busnya.
"Untuk minimalisasi resiko yang kami alami," kata Sihombing, di kantor Tempo, Senin, 24 Februari 2014.
Sihombing mengatakan, selain membenahi infrastruktur, dia juga berharap kepada Unit Pelayanan Transjakarta untuk melakukan pengendalian jalannya bus pada pukul 05.00. Menurut dia, hal ini ditujukan untuk menghindari adanya penumpukan penumpang di suatu halte.
Sihombing juga berharap dilkukan pengendalian sterilisasi jalur dengan tegas. "Kami meminta adanya pengendalian komitmen sterilisasi jalur," ujarnya.
Senada dengan Sihombing, operator lainnya dari PT Jakarta Mega Trans mengatakan, terdapat beberapa faktor yang harus dibenahi Unit Pelayanan Transjakarta guna memperbaiki layanan agar menjadi maksimal. Pertama, kata dia, sterilisasi harus dilakukan sehubungan untuk menghindari seringnya bus berhenti.
"Salah satu yang bikin banyak mogok karena keseringan ngerem," kata perwakilan dari PT Jakarta Mega Trans, M. Aruan. Rusaknya jalan di Ibu Kota juga membuat bus-bus itu cepat rusak. "Apalagi kalau bus gandeng, sambungannya itu sangat berpengaruh terhadap jalan rusak." Aruan mengatakan dalam satu hari sebanyak 4 sampai 5 bus rusak akibat jalan rusak. (Baca: Lagi, Bus Transjakarta Gandeng Mogok di Daan Mogot)
Hal lain yang menjadi masalah utama adalah kapasitas penumpang yang over load. Menurut dia, idealnya dalam satu bus single, maksimal jumlah penumpang adalah sebanyak 85 orang. Jika sudah melebihi dari itu, maka bus akan kelebihan beban.
Selain itu, banyak bus yang beroperasi hingga 20 jam dalam sehari. Jika mulai berangkat pada pukul 05.00 dan berahkir pada pukul 23.00, maka semua bus diwajibkan untuk mengisi Bahan Bakar Gas di SPBD terdekat. Pengisian itu, memakan waktu satu sampai dua jam. Kemudian bus harus kembali beroperasi pada pukul 05.00 keesokan harinya.
Oleh karena itu, kata Auran, banyak bus rusak di tengah jalan. Kerusakan itu bermacam-macam, bahkan ada yang sampai bagian oli menetes ke mesin, sehingga menimbulkan asap dan membuat penumpang panik. (Baca: Bus Transjakarta Gandeng Berasap di Jalan Hayam Wuruk)
REZA ADITYA
Terpopuler:
Ada Setoran di Balik Label Halal Daging Australia
Pulau Misterius Mendadak Muncul di Laut Bekasi
Kasus Risma Hantam PDIP, Bukan Jokowi