TEMPO.CO, Jakarta - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membukukan laba tahun berjalan periode Desember 2013 sebesar Rp 1,854 triliun. Angka tersebut turun 36,26 persen dibanding Rp 2,909 triliun yang diperoleh pada bulan yang sama tahun 2012.
Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono mengatakan penurunan laba bersih disebabkan oleh penurunan harga komoditas. “Namun demikian, net profit margin kami sebesar 16,5 persen merupakan tertinggi dibanding industri batu bara lain,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis, 27 Februari 2014.
Volume penjualan meningkat sebesar 16 persen menjadi 17,76 juta ton. Sebanyak 54 persennya atau 9,59 ton ditujukan untuk pasar ekspor. Angka ini meningkat dari realisasi ekspor tahun 2012 sebesar 6,90 ton. “Upaya peningkatan ekspor ini merupakan langkah perseroan untuk mengoptimalkan kinerja keuangan di tengah krisis harga batu bara.”
Adapun upaya lain PTBA untuk meminimalkan dampak krisis harga batu bara, yakni menekan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dan menggunakan pembangkit listrik sendiri. Pemakaian pembangkit listrik ini bertujuan untuk mengurangi kekhawatiran terhadap penaikan tarif listrik oleh pemerintah.
Adapun dari total 17,76 juta ton penjualan PTBA pada tahun lalu, sekitar 15,09 juta ton merupakan kontribusi dari produksi PTBA, lebih tinggi 8 persen dari produksi periode tahun sebelumnya. Selain itu, anak perusahaan melakukan pembelian batu bara dari pihak ketiga sebanyak 2,73 juta ton atau 83 persen lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya, 1,49 juta ton.
ANANDA PUTRI
Terpopuler :
Habis Dapat Duit, Bos WhatsApp Pacaran di Spanyol
Dolar Tertekan Data Ekonomi Amerika
Lima Negara Terbaik untuk Menghabiskan Pensiun
Rakuten Berfokus pada Mobile Commerce
Perikanan Indonesia Masih Unggul di ASEAN