TEMPO.CO, Jakarta - Saat sejumlah produsen semen menggarap proyek besar milik pemerintah, PT Holcim Indonesia Tbk menerapkan strategi lain.
Menurut juru bicara Holcim, Diah Sasanawati, ceruk pasar individu sangat menarik lantaran kuantitas permintaan sangat besar. "Permintaan semen kemasan sak untuk bangunan rumah paling banyak," katanya dalam suatu acara di Resto Ngalam, FX Sudirman, Sabtu, 1 Maret 2014.
Pada 2014-2015, Holcim memasang target kenaikan produksi sebesar 40 persen. Diah mengatakan target ini akan dicapai melalui dua pabrik baru di Tuban, Jawa Timur. Dua pabrik tersebut memiliki kapasitas produksi masing-masing 1,7 juta ton. Setelah keduanya beroperasi, pada 2015 produksi semen Holcim bakal mencapai 12,5 juta ton per tahun.
Menurut Diah, Holcim belum membidik kawasan Indonesia timur. Strategi ini berbeda dengan produsen lain seperti PT Semen Indonesia dan Bosowa Group, yang berfokus pada proyek besar di kawasan timur. Diah mengatakan, selain melihat pasar yang tidak signifikan, Holcim juga menemukan pesaing berat di Indonesia timur. Padahal Holcim memiliki gudang pengolahan di Pontianak, Kalimantan Barat, yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan kawasan Indonesia timur.
Holcim Indonesia dahulu dikenal sebagai PT Semen Cibinong. Namanya berubah setelah saham perusahaan itu dibeli oleh Holcim Ltd, asal Swiss, pada 2010. Pada 2013, Holcim membukukan kenaikan pendapatan 7,5 persen menjadi Rp 9,69 triliun. Dengan pertumbuhan pendapatan itu, Holcim berhasil meraup keuntungan Rp 952 miliar atau Rp 124 per lembar saham. Total aset Holcim kini meningkat dari Rp 12,17 triliun menjadi Rp 14,89 triliun.
NURUL MAHMUDAH
Berita Terpopuler
Pemilik Rekening Gendut Jadi Wakapolri
Kisruh Risma-Wisnu, Mega dan Jokowi ke Surabaya
Diperiksa KPK, Anas Kembali Sebut SBY