TEMPO.CO , Yogyakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mencatat mulai munculnya bibit badai tropis di laut selatan Jawa atau Samudera Hindia sejak awal pekan ini.
Kemunculan bibit badai tersebut dinilai sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi frekuensi kemunculan angin kencang yang meningkat beberapa hari terakhir terutama wilayah Yogyakarta bagian selatan.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Yogyakarta Toni Agus Wijaya mengatakan jarak bibit badai di laut selatan dengan daratan di pesisir Yogyakarta sekitar 300 kilometer. Pada jarak tersebut bibit badai cukup mempengaruhi kondisi cuaca terutama curah hujan dan kecepatan angin.
"Angin dengan kecepatan cukup tinggi di daratan akan lebih sering muncul, terutama jika dibarengi dengan terbentuknya awan Cumulo Nimbus," jelasnya kepada Tempo, Jumat 21 Maret 2014.
Toni mencontohkan, selama tiga hari terakhir ini angin dengan kecepatan kurang dan mendekati 40 kilometer per jam lebih sering terjadi. Adapun jeda waktu hujan saat ini sedikit lebih lama, tidak sesering musim penghujan.
Meningkatnya frekuensi kemunculan angin kencang ini dinilai tidak menimbulkan potensi bahaya secara langsung. Khususnya bagi warga yang tinggal di daerah minim penghalang seperti pepohonan dan gedung. "Untuk kewaspadaan peningkatan frekuensi angin ini sebaiknya diikuti dengan mengamankan material yang gampang goyah. Seperti memangkas batang pohon tua atau material tinggi yang membahayakan," kata dia.
Kemunculan bibit badai sebagai akibat perbedaan tekanan udara cukup rendah di laut selatan tersebut diprediksi tidak akan menggeser jadwal musim kemarau yang diperkirakan baru jatuh bulan Mei mendatang. Kemunculan bibit badai tropis ini merupakan siklus rutin. "Saat ini sudah memasuki musim pancaroba, bibit badai ini mulai bergerak menjauhi khatulistiwa," ujar Tony.
Untuk wilayah laut sendiri kecepatan angin ini justru disebut tak begitu terpegaruh kondisi bibit badai. Sehingga nelayan masih bisa aman melaut karena kecepatan angin di atas lautan hanya berkisar 50 kilometer perjam. Sedangkan tinggi gelombang sekitar dua meter.
Tokoh paguyuban nelayan Pantai Sadeng Gunung Kidul Agrip Madi mengatakan, saat ini aktivitas nelayan di pesisir cenderung normal dan melaut seperti biasa. "Tidak ada yang berhenti melaut dan panen ikan masih berlangsung," kata dia. (Baca : Cuaca Ekstrem di Merapi, Warga Diimbau Tak Mendaki)
PRIBADI WICAKSONO
Terpopuler
Terkait Asap, Gubernur Riau Bentak Kapolres
Facebook Buka Kantor di Indonesia
CNN: Kuala Lumpur di Indonesia