TEMPO.CO, San Francisco - Seorang ahli biokimia asal Bay Area, San Francisco, Amerika Serikat, mengklaim berhasil menemukan cara untuk menyembuhkan autisme pada anak. Katherin Reid, sang ilmuwan, mengatakan kunci penyembuhan autisme pada anak adalah menghentikan konsumsi monosodium glutamat alias MSG.
Menurut Katherine, seperti diberitakan The San Fracisco Chronicle, MSG yang selama ini kerap diidentikkan sebagai bumbu penyedap dalam masakan Cina bisa ditemukan dalam semua jenis makanan olahan. "Namun, hanya sekitar 5 persen makanan olahan yang beredar mencantumkan senyawa itu pada labelnya," ujar dia.
Padahal, unsur MSG ini, kata Katherine, ada di semua jenis makanan olahan. "Tapi kita tidak pernah menyadarinya." Dia menyebutkan, setiap makanan yang mengandung perasa buatan, protein kedelai, protein gandum, senyawa pektin, atau tepung jagung berarti mengandung MSG.
Putri Katherine sendiri yang bernama Brooke menderita autisme saat berusia 2 tahun. Saat itu, muncul gejala seperti perilaku yang berulang, emosi yang tidak stabil, masalah pada komunikasi dengan orang lain, dan penyakit pencernaan. Setelah dites, ternyata Brooke positif menderita autisme.
Katherine lalu mulai melakukan riset sendiri. Dia mulai mengatur pola makan Brooke dengan cara mengurangi makanan yang mengandung gluten dan produk susu serta turunannya. Dia kemudian menemukan bahwa senyawa glutamat yang terdapat pada MSG punya pengaruh besar terhadap tubuh manusia. "Kelebihan unsur glutamat akan mengganggu sistem saraf dan keseimbangan tubuh," kata dia.
Katherine kemudian mencoba menghilangkan unsur MSG dari setiap makanan yang diasup Brooke. Dia percaya bahwa MSG-lah yang berperan menimbulkan autisme pada anaknya. Setelah 3 tahun mengubah pola makan Brooke dengan benar-benar menghilangkan unsur MSG, Katherine menyaksikan bahwa tanda-tanda autisme pada anaknya yang kini berusia 7 tahun mulai menghilang.
"Setelah 3 tahun makan makanan bebas MSG, Brooke mulai menunjukkan perkembangan, dia bisa lancar berinteraksi dengan lingkungannya dan bisa bersekolah di taman kanak-kanak biasa," tutur Katherine. "Bahkan sekarang Brooke menjadi anak yang sangat mudah bergaul dan punya banyak teman di sekolahnya."
Selain menjaga makanan yang diasup Brooke dari unsur MSG, Katherine memberikan asupan suplemen seperti magnesium, vitamin D3, Omega 3, dan vitamin B-Kompleks. "Hasilnya perlahan-lahan dia mulai bisa bertatapan mata dengan orang lain."
Dokter Robin Hansen, seorang profesor kesehatan anak di Universitas Davis, California, menyebutkan kisah Katherine dan putrinya itu belum bisa diakui secara medis. "Karena belum ada obat untuk autisme, banyak orang tua yang mencoba alternatif lain, tapi belum benar-benar ada penelitian yang bisa membuktikan kebenaran kisah Katherine." Selain itu, belum pernah ada kasus penderita autisme yang bisa disembuhkan pada usia 7 tahun atau kurang. (Baca: Ibu Pakai Google Glass demi Obati Autisme Anaknya)_
Adapun Dokter Sanford Newmark, ahli autisme dari Universitas San Francisco, menyebutkan, dalam sejumlah kasus ada anak penderita autisme yang membaik setelah orang tuanya mengubah pola makan sang anak. "Memang dalam beberapa kasus, ada unsur atau senyawa dalam makanan yang bisa mengganggu perkembangan otak atau syaraf anak, dan pengaturan pola makan bisa memperbaiki atau mengurangi kerusakan yang ada."
SAN FRANCISCO CHRONICLE| Santacruz.com|PRAGA UTAMA
Berita Terpopuler
The Blackside, Skandal Menteri dan Pembaca Berita
Orang Kaya Amerika Galau Soal Kesehatan
Melahirkan di Dalam Air Ternyata Berisiko
Banyak Duduk Bikin Gendut