TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jarman mengharapkan PLN bisa menggunakan 1,28 juta kiloliter bahan bakar nabati tahun ini. Angka ini kurang lebih 20 persen dari kebutuhan maksimal bahan bakar minyak PLN 2014 sebesar 6,4 juta kiloliter. "Mengacu peraturan Menteri ESDM," katanya di Jakarta, Jumat, 28 Maret 2014.
Peraturan itu mengatur pembangkit listrik harus menggunakan biodiesel 20 persen dari penggunaan BBM. Terhadap harapan Jarman, Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki mengatakan sulit bagi PLN mencapai target pemerintah.
Hitungan Suryadi, serapan bahan bakar nabati oleh PLN mencapai 250 ribu kiloleter tahun ini. "Jauh di bawah target," ujarnya. (Baca: Bisnis Biofuel Pertamina Gandeng PTPN IV)
Saat ini PLN memegang kontrak pasokan 7.000 ton pure palm oil (PPO) untuk beberapa pembangkit listrik di Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat. Pada April mendatang, kontrak itu bakal bertambah jika lelang pengadaan PPO 123 ribu ton jadi digelar.
Rendahnya penggunaan bahan bakar nabati, menurut Suryadi, disebabkan uji coba pengunaan biodiesel dengan kadar campuran 10 dan 20 persen pada pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) milik PLN belum berhasil. Padahal, banyak PLTG kekurangan gas, sehingga harus diganti dengan bahan bakar minyak. (Baca juga: Pesawat Akan Gunakan Bahan Bakar Nabati)
Kendati demikian, Suryadi mengakui PLN memang lebih memfokuskan mencari pasokan gas ketimbang mengusahakan bahan bakar nabati. Alasannya, "Dengan gas tetap lebih murah ketimbang BBN," katanya.
Penggunaan bahan bakar nabati baru lebih cocok untuk pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Beberapa PLTD sukses menghasilkan setrum dengan bahan baku PPO 60-80 persen. (Lihat: Menyulap Buah Maja Jadi Bahan Bakar Nabati)
BERNADETTE CHRISTINA MUNTHE