TEMPO.CO, Kupang - Calon Bupati Sumba Barat Daya, Kornelius Kodi Mete, menyatakan sudah tidak ingin menjadi Bupati Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur setelah pembakaran kantor komisi pemilihan umum setempat. "Dengan adanya aksi ini, saya sudah tidak berharap menjadi bupati lagi," kata calon bupati Sumba Barat Daya Kornelius Kodi Mete kepada Tempo, Selasa, 1 April 2014.
Dia sangat menyesalkan aksi pembakaran kantor KPU yang menimbulkan korban jiwa dan ada warga tertembak. Dia juga berharap peristiwa itu tak terulang lagi. "Bupati yang memimpin Sumba Barat Daya haruslah orang yang jujur dan arif," kata mantan Bupati Sumba Barat Daya ini.
Sebelumnya, calon Sumba Barat Daya lainnya, Markus Dairo Talu yang menyatakan bahwa aksi pembakaran kantor KPU setempat merupakan upaya untuk menggagalkan pelaksanaan pemilu legislatif, 9 April 2014. "Ini merupakan salah satu upaya untuk gagalkan pemilu di daerah ini. Karena itu aparat kepolisian harus mengusut tuntas kasus ini," kata dia.
Terkait dengan belum ada usulan terkait pelantikan dirinya sebagai pemenang pilkada, menurut dia, Menteri Dalam Negeri telah menandatangi surat keputusan pelantikannya. "Hanya menunggu dilantik," ujarnya.
Kepolisian Resor Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur menetapkan 54 orang sebagai tersangka pembakaran kantor Komisi Pemilihan Umum Sumba Barat Daya, Jumat, 28 Maret 2014 lalu.
Pembakaran diduga dilakukan oleh massa pendukung pasangan calon bupati dan wakil bupati Kornelius Kodi Mete-Daud Lende Umbu Motto, Jumat, 28 Maret 2014 petang. Pemicunya, mereka kesal karena KPU NTT mengusulkan pelantikan calon bupati dan wakil bupati terpilih, Markus Dairo Tallu-Ndara Tanggu Kaha, sesuai putusan Mahkamah Konstitusi.
Sengketa Pilkada Sumba Barat Daya berawal komisioner KPU periode 2008-2013 menggelar pleno ulang rekapitulasi suara pada 26 September 2013. Padahal sebelumnya telah menetapkan pasangan Markus-Dara sebagai pemenang pilkada.
YOHANES SEO