TEMPO.CO, Bandung - Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi di Jawa Barat menembus 0,18 persen, lebih tinggi dari inflasi nasional 0,08 persen. "Beras, rokok kretek filter, dan cabai rawit seragam menyumbang inflasi keseluruhan di Jawa Barat," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jawa Barat Dody Gunawan Yusuf di Bandung, Selasa, 1 April 2014.
Menurut dia, kenaikan beras yang terjadi tiga minggu pertama Maret 2014 itu menjadi penyumbang inflasi terbesar. Kenaikan rata-rata harga beras hanya 2,2 persen, tapi andilnya 0,08 persen.
Sedangkan rokok kretek filter dan cabai rawit konsisten muncul sebagai penyumbang inflasi di kota-kota besar di Jawa Barat. Khusus rokok kretek filter menjadi penyumbang inflasi dalam beberapa bulan terakhir ini karena kenaikan harga yang tidak serempak. "Kenaikan harga di setiap kota tidak bersamaan sehingga terus menjadi penyumbang inflasi," kata Dody.
Sebaliknya, telur dan daging ayam ras serta cabai merah menjadi tiga komoditas yang konsisten menjadi penyumbang deflasi di Jawa Barat. "Harganya turun," ujarnya.
Semua kota di Jawa Barat mayoritas mencatatkan inflasi, kecuali Kota Depok yang mengalami deflasi 0,04 persen. Biasanya, Kota Depok selalu inflasi.
Inflasi di Jawa Barat tertinggi terjadi di Kota Cirebon, yakni 0,42 persen, disusul Kota Bogor 0,37 persen dan Kota Bekasi 0,32 persen. Kota Tasikmalaya yang biasanya mencatatkan inflasi rendah kini tercatat relatif tinggi, yakni 0,25 persen.
Dody mengatakan kondisi triwulan pertama tahun ini relatif lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dia optimistis inflasi April 2014 bakal lebih rendah karena beras yang menjadi penyumbang inflasi terbesar harganya diperkirakan turun lantaran memasuki panen.
AHMAD FIKRI
Terpopuler:
Penggalangan Dana untuk Satinah Tembus Rp 3 Miliar
Jokowi Fokus 'Merayu' Golput
Ribuan Pulau di Indonesia Belum Terdaftar di PBB