TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Logistik (ALI) Zaldy Ilham Masita mengeluhkan penunjukan langsung perusahaan asal Jepang, Mitsui & Co, sebagai mitra untuk mengoperasikan Terminal 1 Pelabuhan Kalibaru atau New Tanjung Priok bersama PT Pelindo II. (Baca: Pelindo II-Mitsui Sepakati Pengelolaan New Priok).
Zaldy khawatir, jika pelabuhan tersebut dikelola perusahaan asing, biaya logistik akan membengkak. "Karena pembayarannya menggunakan dolar yang nilainya berfluktuasi," katanya kepada Tempo. (Baca: Pelindo-Mitsui Bentuk Pengelola Baru New Priok).
Menurut Zaldy, asosiasi sudah menolak penunjukan langsung Mitsui oleh Pelindo II. Seharusnya, kata dia, pengelolaan pelabuhan bisa diserahkan kepada perusahaan swasta nasional. Di beberapa negara, pelabuhan dikelola oleh perusahaan lokal dan tarifnya dibayar dengan mata uang lokal. "Tapi Pelindo II waktu itu tetap pada pendirian mereka, dengan alasan sudah mendapatkan hak dari otoritas pelabuhan,” ujarnya.
Selain menolak penunjukan langsung Mitsui oleh Pelindo II, Zaldy mengatakan asosiasi juga mengajukan keberatan saat rencana pembangunan Terminal 1 Kalibaru dipaparkan. Sebab, tempat tersebut terlalu jauh dari pelabuhan utama dan bagi kebanyakan perusahaan yang berada di luar Jakarta. “Dulu kan rencananya di daerah Karawang, lebih dekat dengan kawasan industri di Jababeka, bahkan sudah disetujui investor asing,” katanya. (Baca: Pembangunan New Tanjung Priok Dikebut).
Sabtu, 19 April 2014, Pelindo II meneken kontrak kerja sama dengan Mitsui & Co untuk mengoperasikan Terminal 1 Pelabuhan Kalibaru atau New Tanjung Priok. Menurut Direktur Utama Pelindo II Richard Joost Lino, penunjukan perusahaan asal Jepang itu melalui mekanisme pemilihan langsung.
"Karena Mitsui dipercaya dapat memberikan nilai tambah bagi dunia kepelabuhanan di Indonesia, serta memberi kontribusi untuk membangun fasilitas yang setara dengan negara maju," tuturnya dalam keterangan pers di Hotel Grand Hyatt, Sabtu, 19 April 2014.
Proyek pembangunan konstruksi infrastruktur Terminal 1 Pelabuhan Kalibaru telah dimulai pada akhir 2012, dan ditargetkan rampung pada akhir tahun ini. Nantinya, terminal baru itu mampu menampung 1,5 juta twenty foot equivalent unit (TEUS). Lino menyebut kontrak yang ditandatangani hari ini mencakup advance payment senilai US$ 100 juta dan listing payment sebesar US$ 14 juta per tiga bulan. Masa berlaku kontrak selama 25 tahun. (Baca juga: Kementerian Perhubungan Ngotot Proyek Kalibaru Dilanjutkan).
FAIZ NASHRILLAH | PINGIT ARIA
Berita Terpopuler
Ajaib, Anak yang Selamat Dalam Tragedi Larantuka
Kemenpan Tak Tahu Rekening PNS Rp 1,3 Triliun
Mobil Jaguar Airin Disita Gara-gara Wawan