TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah diprediksi bergerak fluktuatif di level 11.400–11.500 per dolar pada perdagangan hari ini, Selasa, 22 April 2014. "Ketiadaan rilis data ekonomi yang signifikan membuat pelaku pasar cenderung bersikap menunggu dalam mengakumulasi aset-aset berdenominasi rupiah," kata Kepala Ekonom PT Bank International Indonesia, Juniman.
Berlangsungnya ketegangan militer di Ukraina masih mendorong peningkatan permintaan dolar sebagai instrumen bernilai lindung aman (safe haven). (Baca:Rupiah Terancam Konflik Ukraina) Namun, kata Juniman, laju penguatan rupiah sebenarnya sangat kecil. Pada sisi lain, rencana pelaksanaan lelang surat berharga syariah negara (sukuk) ritel senilai Rp 1,5 triliun tetap membuka peluang penguatan rupiah tetap terbuka. “Lelang sukuk tetap memberi dampak positif pada rupiah,” katanya.
Data ekonomi dari Amerika Serikat terus menunjukkan perbaikan, seperti angka klaim penganggur (jobless claim) pekan lalu yang naik tipis menjadi 304.000 dan indikator arah ekonomi (CB leading index) bulan April yang naik ke level 0,8 persen. Peristiwa itu menyebabkan tekanan dolar terhadap mata uang regional cenderung meningkat. Data-data tersebut disinyalir menaikkan permintaan portofolio investasi bernilai dolar.
Dalam perdagangan pagi ini, mayoritas kurs regional masih tertekan mata uang dolar. Rupiah dibuka melemah 31,2 poin (0,27 persen) pada level 11.477,5. Yen dan won juga tampak melanjutkan koreksi, masing-masing sebesar 0,03 persen ke level 102,65 per dolar dan 0,17 persen ke level 1.040,8 per dolar.
MEGEL
Terpopuler Bisnis:
Wali Kota Risma ke BEI, IHSG Bergerak Lesu
BI: Inflasi Tahunan Bisa Turun Menjadi 7,18 Persen
Bursa Jawa Tengah Tak Terpengaruh Momen Politik