TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) menolak rencana akuisisi PT Bank Tabungan Negara Tbk oleh PT Bank Mandiri Tbk. Salah satu alasannya adalah BTN sudah terbukti sukses berfokus pada pembiayaan perumahan bersubsidi.
“Faktanya, tahun 2013 BTN mampu menyalurkan 96 persen dari 102 ribu kredit perumahan rakyat (KPR) dengan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Sedangkan Bank Mandiri hanya mampu 1.695 unit atau 1,66 persen,” ujar Sekretaris Jenderal Apersi Endang Kawidjaja di Menara Kadin, Jakarta, Rabu, 24 April 2014.
Pernyataan tersebut sekaligus mementahkan keterangan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan yang menyatakan BTN tidak mampu mengimbangi tingginya kebutuhan KPR akan perumahan.
Selain itu, Apersi menilai penggabungan BTN dengan Bank Mandiri agar Indonesia memiliki bank besar tidak akan terjadi. "Kenapa tidak dengan merger BNI dengan Mandiri, langsung Rp 1.300 triliun asetnya. Kenapa mengambil risiko dengan bank yang sudah menjadi spesialis di KPR FLPP hanya untuk mewujudkan bank besar yang hasilnya tidak juga besar, yang kemungkinan hasil KPR FLPP-nya relatif sedikit?" tutur Endang.
Dia mengatakan anggota Apersi yang menjadi nasabah BTN pun merasa tidak pernah menemui kendala dalam pencairan dana baik kredit konstruksi maupun KPR konsumen sepanjang tahun lalu. "Malah mungkin banyak kendala di lapangan yang sebenarnya belum terkait atau tidak terkait dengan kondisi finansial bank fokus perumahan ini," katanya.
Ia juga menyesalkan proses akuisisi yang terkesan tertutup dan tidak transparan. Ia berharap proses penggabungan bisa lebih transparan dan matang serta dilakukan seusai pemilihan presiden. Sebab, penggabungan dua entitas perusahaan ini merupakan sebuah keputusan strategis.
MAYA NAWANGWULAN
Berita terpopuler:
Rizal Djalil Terpilih Sebagai Ketua BPK
BTN Dicaplok Mandiri, Pengusaha Properti Resah
Airport Tax Bandara Soekarno-Hatta Bakal Naik