TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Latif Adam, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung melambat tahun ini. Pasalnya, pemerintah masih berupaya memperbaiki neraca perdagangan. (Baca: Hatta: Surplus Jangan Kurangi Impor Modal)
"Caranya, ya, dengan mengerem pertumbuhan ekonomi dengan harapan permintaan akan barang-barang impor menurun," ujarnya ketika dihubungi, Ahad, 4 Mei 2014. "Buktinya terlihat dari membaiknya neraca perdagangan pada kuartal pertama."
Ia juga tak bisa menerka indikator apa saja yang digunakan oleh Bank Dunia untuk menetapkan peringkat perekonomian Indonesia. Namun, dalam konteks daya saing pun, Indonesia tidak mungkin memiliki peringkat yang baik. "Posisi perekonomian dalam konteks how to do busines masih sangat memble. Jadi, masih agak dipertanyakan penilaian Bank Dunia tersebut.” (Baca: Target Pertumbuhan Ekonomi 2015 5,5–6,3 Persen)
Hal tersebut merespons pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengaku telah menerima laporan dari Menteri Keuangan Chatib Basri ihwal Bank Dunia yang telah menetapkan peringkat ekonomi negara-negara di dunia tahun ini. "Alhamdulillah, ekonomi Indonesia, oleh World Bank, ditetapkan sebagai ekonomi nomor 10 di dunia," kata SBY saat meresmikan Rajawali Televisi, di Jakarta Convention Center, Sabtu pekan lalu.
Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) juga akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2014. Pada kuartal keempat tahun lalu, badan tersebut mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada level 5,72 persen. Sedangkan pada kuartal pertama 2013, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 6,02 persen.
AYU PRIMA SANDI
Berita terpopuler:
Perbandingan Bank Century dengan Bank IFI dan Indover
Rupiah Menguat, Jangan Senang Dulu
Ketidakpastian Koalisi Capres Bakal Koreksi Pasar