TEMPO.CO, Jakarta - Zulkifli Zaini, Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia, mengatakan hanya 50 persen masyarakat Indonesia yang mendapatkan pelayanan sektor keuangan. Bahkan, dalam hal pemahaman atau literasi sektor keuangan, hanya 21,84 persen masyarakat yang benar-benar paham mengenai lembaga jasa keuangan.
"Ini berarti, dari 100 penduduk Indonesia, hanya terdapat 22 orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai lembaga keuangan," kata Zulkifli dalam seminar "E-Money sebagai Sarana untuk Mengembangkan Literasi Keuangan" di Hotel Four Season, Jakarta, Kamis, 8 Mei 2014. Ia mengatakan, karena pemahaman rendah, pemanfaatan produk-produk keuangan oleh masyarakat juga rendah. (Baca: Rugi Rp 12 Miliar, Ferdi Hasan Laporkan Ligwina ke Polisi)
Zulkifli menyebut rendahnya literasi dan keterjangkauan informasi di masyarakat menjadi keprihatinan banyak negara, termasuk negara maju. Ia mengatakan, dengan kondisi yang ada tersebut, program inklusi dan literasi menjadi prioritas, yang dilakukan dengan edukasi, penguatan infrastruktur, dan pengembangan jasa keuangan. (Baca: OJK: Jangan Tergoda Janji Manis Investasi Bodong)
Menurut Zulkifli, program edukasi menyasar ibu rumah tangga, pelajar, sektor usaha kecil-menengah, tenaga kerja, dan akademisi. Sedangan penguatan infrastruktur dilakukan dengan cara penyediaan layanan konsumen dan pembuatan situs tentang jasa keuangan. (Baca: Cerita Investasi Ferdi Hasan Hingga Rugi Rp 12 M)
Untuk mendongkrak tingkat literasi di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan bekerja sama dengan asosiasi lembaga jasa keuangan meluncurkan program Strategi Nasional Literasi Keuangan. Hal ini dimaksudkan agar akses informasi kepemilikan dan pemahaman dapat ditingkatkan. (Baca juga: OJK Diminta Segera Atur Profesi Perencana Keuangan)
MAYA NAWANGWULAN
Terpopuler:
Bangun Tidur, Bupati Bogor Dicokok KPK
Hukum Syariah Aceh Disorot Media Internasional
Soal Investasi Asing, Jokowi Tangkis Serangan SBY