TEMPO.CO, Jakarta - Rencana calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo, menunggangi sepeda ontel menuju Komisi Pemilihan Umum dinilai menguatkan citra merakyat yang sudah melekat pada figur dirinya. "Paling mudah diinterpretasikan sebagai upaya membangun imej kerakyatan," kata Ade Armando, pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia, saat dihubungi Senin, 19 Mei 2014.
Menurut dia, sejak awal Jokowi memang konsisten membangun citra sebagai pemimpin yang merakyat. Hal ini terlihat dalam berbagai aktivitas yang dilakukan Jokowi selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Citra ini juga diteruskan Jokowi setiap kali melakukan kunjungan dan safari politik ke berbagai daerah dengan rajin mengunjungi pasar tradisional. (Baca: Kiai Minta Jokowi Tetap Sederhana dan Tak Korupsi)
Gaya Jokowi ini, kata Ade, sangat kontras dengan calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam berbagai kesempatan, Prabowo sering tampil elite, misalnya dengan menggunakan helikopter dan jet pribadi. Bahkan, saat kampanye pemilu legislatif, Prabowo tampil dengan menunggangi kuda gagah yang mahal. "Prabowo sering tampil elite, powerfull, sedangkan Jokowi sering merakyat dan sederhana," ujarnya.
Citra sebagai pemimpin merakyat yang ingin ditampilkan Jokowi juga terlihat dengan pemilihan Gedung Joang 45 sebagai tempat deklarasi. Selain faktor nasionalisme, Gedung Joeang juga sering dicitrakan sebagai simbol perjuangan rakyat. "Ini pilihan tempat dan cara deklarasi yang pintar," kata Ade. (Baca:Mega Beberkan Alasannya Pilih Jokowi)
Siang ini Jokowi bakal mendaftarkan diri ke KPU. Jokowi akan bergerak menuju gedung KPU bersama calon wakil presiden terpilih, Jusuf Kalla. Jokowi dan Kalla diusung oleh empat partai, yaitu PDIP, NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Hati Nurani Rakyat. Nama Kalla disepakati dalam pertemuan pimpinan empat partai koalisi tadi malam.
IRA GUSLINA SUFA
Berita lain:
Kalla Dipilih Karena Pengalaman
Jadi Cawapres Jokowi, Ini Daftar Kekayaan JK
Muhaimin Pastikan Kalla Jadi Cawapres Jokowi