TEMPO.CO, Jakarta- Sejak kemarin hingga hari ini, para Menteri Perdagangan dari 21 negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) mengadakan pertemuan tahunan di Qingdao, Cina. Paket Bali yang disetujui oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Desember 2013 lalu turut dibahas.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang memimpin delegasi Indonesia menyatakan, seperti pertemuan serupa pada April 2013 di Surabaya, pertemuan di Qingdao juga menghadirkan Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo yang memberikan informasi perkembangan terbaru proses perundingan di WTO.
Baca Juga:
"Utamanya, sebagai tindak lanjut Konferensi Tingkat Menteri WTO Ke-9 di Bali pada Desember lalu," ujarnya melalui surat elektronik, Ahad, 18 Mei 2015.
Dalam agenda dukungan APEC terhadap sistem perdagangan multilateral tersebut, kata Lutfi, delegasi Indonesia menekankan perlunya tindak lanjut atas seluruh Paket Bali dan tidak difokuskan hanya pada Perjanjian Fasilitasi Perdagangan seperti kecenderungan beberapa negara maju. "Kesepakatan para menteri mengenai dukungan APEC terhadap WTO ini dituangkan dalam stand-alone statement," ujarnya.
Seperti diketahui, Paket Bali berisi sejumlah draf hasil pertemuan awal General Council of WTO di Jenewa, Swiss, akhir November 2013. Dalam Paket Bali, yang disepakati pada 7 Desember 2013, ada tiga hal yang menjadi bahasan utama, yaitu paket kebijakan untuk negara kurang berkembang, fasilitasi perdagangan, dan kebijakan mengenai perdagangan produk pertanian. Aspek fasilitasi perdagangan ini diklaim bisa menghasilkan keuntungan ribuan triliun rupiah.
Selain itu, agenda yang diangkat Cina tahun ini umumnya sejalan dengan agenda yang menjadi prioritas APEC tahun lalu. Misalnya, dukungan terhadap sistem perdagangan multilateral, berbagai program kerja yang mengedepankan prinsip people-centered, dan peningkatan konektivitas kawasan.
Isu lain yang cukup menonjol adalah visi pembentukan Free Trade Area of the Asia-Pacific (FTAAP). Gagasan ini pertama kali dicetuskan APEC Business Advisory Council (ABAC) pada 2006. Namun, karena banyaknya perbedaan pandangan, terutama kaitannya dengan pencapaian Bogor Goals 2010/2020, gagasan ini belum menjadi perhatian khusus APEC.
"Indonesia perlu menyikapi pembahasan mengenai FTAAP secara hati-hati," kata Lutfi.
PINGIT ARIA
Terpopuler
Dikeluhkan, AirAsia Tutup Rute Makassar-Bali
Penjualan Mobil April 2014 Melambat
Negara APEC Gelar Pertemuan di Cina