TEMPO.CO, Bima - Tawuran antara kelompok pemuda Kampung Atas dan Kampung Bawah Desa Rabakodo, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, mengakibatkan tujuh orang terluka akibat tertusuk anak panah. Mereka telah dilarikan ke rumah sakit. Bentrokan ini telah terjadi beberapa kali sejak Senin malam, 26 Mei 2014.
"Tawuran antarpemuda ini sudah ketiga kalinya selama sepekan," ujar Iwan, 30 tahun, warga Desa Rabakodo, Selasa, 27 Mei 2014. (Baca juga: Tawuran di Depan Penjara, Satu Remaja Tewas)
Dia menuturkan bentrokan diduga dipicu penyerangan pemuda Kampung Atas terhadap Kampung Bawah seusai pertandingan voli, Sabtu lalu. Kebetulan, saat itu sejumlah warga Kampung Bawah sedang berkumpul di sebuah rumah.
"Serangan sebelumnya juga dimulai pemuda Kampung Atas. Polisi semestinya bertindak tegas," kata Iwan.
Kepala Kepolisian Resor Kabupaten Bima Ajun Komisaris Besar Ekawana mengatakan para korban mengalami luka yang berbeda-beda, antara lain akibat terkena anak panah, lemparan batu, hingga bom molotov.
Kebanyakan warga yang terluka langsung dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Bima yang berjarak sekitar 25 kilometer meter dari lokasi bentrokan. Dua di antaranya dirujuk ke rumah sakit di Mataram karena luka yang cukup parah.
"Kami sedang membantu penyelesaian bentrokan tersebut," kata Ekawana.
Menurut informasi warga di lokasi kejadian, bentrokan mulai pecah sekitar pukul 08.00 Wita. Kedua pihak saling serang menggunakan batu, bom molotov, ketapel busur panah, serta petasan. Polisi baru bisa mengendalikan situasi sekitar pukul 11.00 setelah menurunkan satu peleton Brimob ke lokasi.
Bentrokan itu sempat menjadi tontonan warga yang kebetulan melintas. Arus kendaraan pun terhambat karena para pelaku bentrokan memblokade jalan. Hingga Selasa siang, polisi bersenjata lengkap masih disiagakan di lokasi untuk mengantisipasi bentrokan susulan. (Baca juga: Divonis 2 Tahun, Penyiram Air Keras Ini Pasrah)
AKHYAR M. NUR
Berita lain:
Makin Panas, Kini Ahok Tantang PT Jakarta Monorail
Alasan TNI Pecat Prabowo Kembali Dipertanyakan
Kivlan Zen Tolak Ungkap Fakta 1998 di Depan Komnas HAM