TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri memprediksi tahun depan kurs rupiah bakal jauh lebih stabil ketimbang tahun ini. “Kami memperkirakan nilai tukar rupiah dalam tahun 2015 akan terjaga dan bergerak stabil pada kisaran Rp 11.500-12.000 per dolar AS,” ujarnya dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat di Kompleks Parlemen Senayan, Senin, 26 Mei 2014.
Tak hanya kurs rupiah, menurut dia, sejumlah asumsi dasar ekonomi makro yang tercantum dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 juga menunjukkan optimisme pemerintah. Asumsi makro ekonomi lainnya yang jadi perhatian adalah pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) tiga bulan, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP), serta lifting minyak dan gas bumi.
Soal pertumbuhan ekonomi pada 2015 yang diperkirakan berada pada kisaran 5,5-6 persen, menurut Chatib, lebih baik dibandingkan proyeksi tahun ini. Salah satu strategi untuk mencapai target tersebut adalah menjaga daya beli masyarakat dengan memastikan stabilitas dan aksesibilitas terhadap kebutuhan pokok. (Baca: Pertumbuhan 2015 Ditargetkan 6 Persen)
Pada bidang inflasi yang diprediksi mencapai 3-5 persen tahun depan, pemerintah akan menjamin pasokan kebutuhan masyarakat. “Dan dukungan perbaikan distribusi barang kebutuhan ke seluruh Indonesia," katanya. Untuk bunga SPN selama tiga bulan, pemerintah memperkirakan angkanya berkisar 6-6,5 persen. (Baca: 2015, OJK Tak Lagi Bergantung pada APBN)
Adapun harga minyak mentah pada RAPBN 2015 dipatok pada kisaran US$ 95-110 per barel. Sedangkan lifting minyak bumi sekitar 900-920 ribu barel per hari dan lifting gas bumi sebesar 1,2-1,25 juta barel setara minyak per hari.
Para peserta rapat paripurna pun merespons baik paparan Menteri Chatib tersebut. Mereka setuju untuk membahas lebih lanjut makro perekonomian dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan pemerintah.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Muslim, misalnya, mengatakan agar anggaran mendatang difokuskan pada pelayanan masyarakat. Dua di antaranya dengan cara meningkatkan alokasi belanja modal untuk pelayanan transportasi dan memuluskan anggaran transfer daerah. "Kami memahami dan menerima asumsi makro dan kebijakan fiskal 2015.”
Adapun juru bicara Fraksi Partai Golongan Karya, Anton Sihombing, mewanti-wanti pemerintah untuk waspada akan lambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika, Eropa, dan Cina. Pemerintah pun dikritik agar lebih waspada terhadap gejolak politik yang terjadi di negara-negara tetangga dan yang mungkin berimbas pada perekonomian nasional.
PERSIANA GALIH
Berita terpopuler:
Lebaran, Saham Emiten Retail Prospektif
Anggaran Dipotong, Jero Tunda Pembangunan Gedung
Ribuan Tiket Kereta Api Belum Dicetak