TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, menilai pemerintah terlalu pesimistis dalam targetnya terhadap asumsi kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun anggaran 2015. Terlebih lagi bila asumsi pertumbuhan ekonomi 2015 itu di bawah yang dipatok pada tahun ini.
"Tapi 2015 malah terlalu pesimis dengan target 5,5-6 persen," kata Lana ketika dihubungi, Senin, 26 Mei 2014. Padahal seharusnya pemerintah memiliki optimisme pada pertumbuhan ekonomi pada 2015 karena adanya pemerintah baru. (Baca: Pertumbuhan 2015 Ditargetkan 6 Persen)
Ia mengungkapkan seharusnya dalam tahun pertama pemerintahan yang baru terbentuk sudah terjadi pembangunan-pembangunan infrastruktur dan realisasi janji-janji pada masa kampanye. Dengan begitu, ada dampak bagi pertumbuhan ekonomi karena adanya penambahan infrastruktur dan berbagai hal penunjang lainn yang akan memperbaiki perekonomian Indonesia.
Lebih jauh, Lana mengungkapkan, selain menumbuhkan optimisme pada pertumbuhan ekonomi, terbentuknya pemerintahan yang baru seharusnya juga berdampak positif bagi arus investasi yang masuk ke Indonesia. Terpilihnya presiden yang baru juga akan memberikan sentimen yang positif pada penguatan rupiah. (Baca: 2015, OJK Tak Lagi Bergantung pada APBN)
Adapun nilai tukar rupiah, menurut dia, seharusnya menguat pada masa-masa pemerintahan baru karena dorongan optimisme dan kepercayaan para investor untuk kembali berinvestasi di Indonesia.
Pekan lalu, Menteri Keuangan Chatib Basri menyampaikan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun anggaran 2015 kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2015, di antaranya disebutkan asumsi makro pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 5,5-6 persen. Sedangkan pada asumsi 2014 pertumbuhan ekonomi ditargetkan pada angka 6 persen.
Sedangkan ihwal nilai tukar rupiah, Chatib Basri menyampaikan pemerintah mematok angka Rp 11.500–12.000 per dolar AS. Pada 2014, pemerintah mematok kurs rupiah dengan dolar pada kisaran Rp 10.500 per dolar AS.
MAYA NAWANGWULAN
Berita terpopuler:
Lebaran, Saham Emiten Retail Prospektif
Anggaran Dipotong, Jero Tunda Pembangunan Gedung
Ribuan Tiket Kereta Api Belum Dicetak