TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Pusat Real Estate Indonesia (REI) Hari Raharta mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tak memiliki pengaruh berarti pada harga properti. Hingga saat ini, pengembang masih menanti kepastian presiden baru sebelum membuat keputusan untuk mengoreksi harga.
"Mungkin kalau sudah pasti siapa presidennya, baru pengembang ambil tindakan," ujar Hari yang dihubungi Tempo pada Selasa, 3 Juni 2014.
Pernyataan ini diamini anggota kehormatan REI, Tomi Wistan. Menurut Tomi, harga properti tak dipengaruhi kenaikan nilai tukar dolar AS. "Naik turun harga properti ditentukan hukum pasar, bukan dolar AS. Dilihat dari banyaknya permintaan dan penawaran," tuturnya.
Namun Tomi tak memungkiri bahwa harga properti bisa saja goyah bila nilai tukar rupiah menembus 12 ribu per dolar AS. Hal ini dikarenakan banyak bahan baku yang harus diimpor, sehingga transaksi harus menggunakan dolar AS. (Baca: Rupiah Rawan ke Level 12.000)
Meski begitu, Tomi menjamin, naik-tidaknya dolar AS, harga properti tetap akan melambung setelah pemilu presiden Juli mendatang. Nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini diperkirakn 11.600 hingga 11.800 per dolar AS. Perhitungan tersebut didapat dari kondisi neraca transaksi berjalan yang terus mengalami tekanan sepanjang sembilan kuartal terakhir.
MOYANG KASIH DEWIMERDEKA
Terpopuler
Ingin Bahagia? Kuncinya Sekolah yang Tinggi
Tingkat Stres Karyawan Bank Tinggi
Penghentian Produksi Newmont Dilakukan Sepihak