TEMPO.CO, Banyuwangi - Sekitar 30 siswa dari Kabupaten Banyuwangi dan Jember, Jawa Timur, yang tergabung dalam Forum Pelajar Pecinta Alam (FPPA) menggelar aksi menolak pertambangan emas yang akan beroperasi di Banyuwangi, Kamis, 5 Juni 2014. Siswa-siswa yang baru lulus ujian nasional itu menggelar aksinya di perbatasan kedua kabupaten, yakni di Pegunungan Kumitir.
Mereka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tepat di gapura perbatasan Kabupaten Banyuwangi-Jember, para siswa itu berorasi di depan pengendara jalan yang melintasi jalur selatan Jawa Timur tersebut. Mereka membentangkan spanduk bertuliskan "Manusia Bisa Hidup Tanpa Emas, Tapi Tidak Tanpa Air".
Ketua FPPA Farhan R. Fatah mengatakan pertambangan emas di Gunung Tumpang Pitu yang berdekatan dengan Taman Nasional Meru Betiri akan mengancam ekosistem di kawasan yang terhampar dari Kabupaten Banyuwangi hingga Kabupaten Jember itu. "Limbah pertambangan emas akan mengancam flora dan fauna di kawasan Meru Betiri," katanya, Kamis, 5 Juni 2014.
Menurut Fatah, aksi ini memang dibuat karena pelajar pencinta alam tidak ingin merayakan kelulusan hanya dengan hura-hura. Sebaliknya, mereka justru mengkhawatirkan keberlanjutan kelestarian lingkungan yang terancam oleh pertambangan.
Pelajar lainnya, Okta Rizkiyah, mengatakan makhluk hidup membutuhkan kawasan konservasi karena kawasan ini berfungsi sebagai daerah resapan air. Selain itu, kawasan konservasi adalah rumah bagi satwa yang dilindungi. "Kalau rumahnya dikeruk oleh perusahaan tambang, kemudian rumahnya rusak, maka satwa lindung juga ikut punah," kata Okta.
Taman Nasional Meru Betiri diresmikan pada 1982 dengan luas sekitar 58 ribu hektare. Kawasan Meru Betiri menjadi habitat tumbuhan langka yaitu Rafflesia zollingerina yang endemik di Jawa. Selain itu, Meru Betiri menjadi rumah bagi satwa yang dilindungi yang terdiri atas 29 jenis mamalia dan 180 jenis burung. Di antaranya banteng (Bos javanicus javanicus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa).
Taman Nasional Meru Betiri terkenal sebagai habitat terakhir harimau loreng Jawa (Panthera tigris sondaica) yang langka dan dilindungi. Ciri khas lainnya yakni habitat penyu belimbing, penyu sisik, penyu hijau, dan penyu ridel/lekang di Pantai Sukamade.
Pertambangan emas di Gunung Tumpang Pitu, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, itu dikerjakan oleh PT Bumi Suksesindo. Perusahaan itu akan mengeksploitasi tambang emas pada 2016. Hasil eksplorasi PT Bumi menyebutkan bahwa 1 ton batuan di gunung tersebut mengandung 0,9 gram emas. PT Bumi akan memproduksi 3 juta ton batuan per tahun atau 24 juta ton batuan dalam kurun delapan tahun.
Sebelumnya, juru bicara Bumi Suksesindo, Musmin Nuryandi, mengatakan penambangan emas tersebut tidak akan mencemari lingkungan walaupun menggunakan zat kimia sianida. Sebab, perusahaannya menggunakan sistem pengolahan heap leaching atau pelindian tumpukan.
Sistem ini dilakukan dengan cara menyiramkan larutan sianida dengan menggunakan sprinkler pada tumpukan batuan emas yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air yang mengalir di dasar tumpukan yang kedap kemudian dialirkan dan ditampung untuk proses berikutnya. "Jadi, tidak ada limbah yang dibuang ke laut dan tanah," katanya.
IKA NINGTYAS
Berita Lain
Kontes King & Queen Edutography 2014
Yakuza Rekrut Anggota Secara Online
10 Fakta Unik tentang Yakuza