TEMPO.CO, Malang - Muhammad Andi Nur Fahmi, siswa kelas VIII-F SMP Negeri 1 Tajinan, Kabupaten Malang, sebelum tewas mengaku dikeroyok belasan teman kelasnya pada Rabu, 4 Juni 2014. Ibu Andi, Yuningsih, bercerita melihat anak sulungnya itu berjalan kepayahan dengan hidung berdarah saat diantar pulang oleh seorang temannya.
Menurut Yuningsih, setiba di rumah, Andi langsung masuk kamar tidur. “Ia cuma mengeluhkan kepalanya sakit, tapi ia tak mau menceritakan penyebabnya,” kata Yuningsih kepada wartawan di rumahnya di RT 05 RW 01, Dusun Tangkilsari, Desa Tangkilsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat, 6 Juni 2014.
Setelah dibujuk berkali-kali Andi baru mengaku dikeroyok belasan teman-temannya. Anak pertama dari dua bersaudara itu sempat menyebut beberapa nama pengeroyok. Karena kondisinya makin parah, Andi dibawa ke RS Panti Nirmala di Kota Malang.
Andi sempat akan dioperasi. Dokter memperkirakan biaya operasi mencapai Rp 50 juta. Keluarga korban kebingungan karena Andi kondisi makin kritis dan hanya mendapat pinjaman sekitar Rp 25 juta. Namun, pihak keluarga batal mengizinkan Andi dioperasi lantaran dokter kemudian mengatakan peluang hidup putranya amat kecil meski dioperasi.
Andi akhirnya menghembuskan napas terakhir pada Rabu petang, sekitar pukul 18.30 WIB, dan dimakamkan di TPU Tangkilsari pada Kamis pagi kemarin.
Suswati, bibi korban, menambahkan, dia sempat mendapat cerita dari seorang teman keponakannya bahwa Andi akan dikeroyok. Andi berpesan kepada temannya untuk membantu bila dikeroyok. “Mungkin sebelumnya sudah dapat ancaman, tapi dia tidak ngomong pada keluarga. Anaknya memang agak tertutup,” kata Suswati seraya menambahkan keluarga korban sudah memaafkan para pelaku.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Malang Ajun Komisaris Wahyu Hidayat mengatakan pengeroyokan terjadi di masa jam sekolah berlangsung. Lokasi pengeroyokan di kelas, lapangan basket, dan halaman depan sekolah. Para pelaku hanya menggunakan tangan kosong untuk memukuli korban.
Menurut Wahyu, seluruh pelaku merupakan siswa kelas VIII. Pengeroyokan dilakukan dua kali di kelas, satu kali di luar kelas, dan satu kali di halaman sekolah sebelum pagar keluar. “Korban mengisi air ke dalam tangki bensin sepeda motor milik pelaku. Tindakan itu membuat pemilik sepeda motor dan teman-temannya marah,” kata Wahyu, Jumat, 6 Juni 2014.
Menurut Wahyu, pihak keluarga menolak dilakukan autopsi pada jenazah korban, tapi membolehkan visum. Polisi sudah menetapkan 14 tersangka dalam kasus ini.
ABDI PURMONO
Berita Terpopuler:
Torres Siap Sambut Fabregas di Chelsea
Pria Australia Klaim Tiduri Ratusan Gadis di Bali
Bertemu Ahok, Sani: Bahas Kampanye Hitam
Dinikahi Putri Jepang, Pria Biasa Ini Pendeta
Schneider Electric Menang di DCS Awards