TEMPO.CO, Jakarta: Warga yang tinggal di Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, mengaku pasrah terkena dampak pembangunan proyek Mass Rapid Transit (MRT) atau angkutan umum massal cepat di jalan itu. Warga yang umumnya pedagang pada awal Mei lalu, sempat protes karena khawatir merugi akibat akses ke jalan tersebut bakal terganggu pekerjaan proyek itu.
"Mau bagaimana lagi. Masa kami mau ngelawan pemerintah. Mau demo seperti dulu juga percuma. Kami ini orang kecil," kata Edi, 63 tahun, pemilik toko gas elpiji. Toko tersebut sekaligus menjadi tempat tinggal Edi dan keluarganya.
Baca Juga:
Menurut Edi, protes yang pernah dilancarkan warga terhadap Gubernur DKI Jakarta sampai kini tidak ditanggapi. Karena itulah Edi memilih pasrah daripada ia menjadi kian kesulitan.
"Kalau dapat ganti rugi syukur, kalau nggak dapat ya mau gimana lagi," katanya.
Edi mengaku akan menerima dengan lapang dada dampak pembangunan prasara angkutan umum massal itu. "Yang penting saya masih bisa makan," kata Edi lagi.
Baca Juga:
Menurut Edi, proyek MRT itu akan berlangsung hingga tujuh tahun ke depan. Ia khawatir kalau akses ke kawasan itu terganggu, toko-toko akan sepi pembeli dan pada akhirnya gulung tikar. (Baca juga: Protes Jokowi, Warga Fatmawati Tolak MRT Layang)
Dampak lanjutan dari toko yang bangkrut itu, para karyawan akan terkena pemutusan hubungan kerja. Sebab itu Edi meminta pihak-pihak terkait dengan untuk memikirkan masib orang-orang seperti dia.
APRILIANI GITA FITRIA