TEMPO.CO, Malang - Sebanyak 371 pekerja seks komersial asal Malang yang bekerja di lokalisasi prostitusi Dolly, Surabaya, dikhawatirkan pulang kampung setelah tempat mereka bekerja ditutup Pemerintah Kota Surabaya. Para pekerja seks itu berpotensi meneruskan pekerjaan mereka di tujuh lokalisasi prostitusi di Kabupaten Malang.
Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Malang Taufik Hidayat mengatakan dia memperoleh data jumlah pekerja seks asal Malang yang bekerja di Dolly tersebut dari Dinas Sosial Kota Surabaya saat mengikuti acara koordinasi pemerintah daerah se-Jawa Timur di Hotel Utami, Sidoarjo, Maret lalu. "Koordinasi itu bertujuan untuk mengantisipasi dampak dari penutupan Dolly," kata Taufik, Kamis, 19 Juni 2014.
Namun, menurut Taufik, hingga sekarang belum ada laporan ihwal eksodus pekerja seks Dolly ke wilayah Malang. Pemerintah Kabupaten Malang sudah bersepakat dengan beberapa pengelola lokalisasi untuk tidak menerima kedatangan perempuan penghibur eks Dolly. (Baca: Antisipasi Migrasi PSK Dolly, Madiun Gencar Razia )
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Malang Sri Wahyuni Pudji Lestari mengatakan data jumlah pekerja seks asal Malang yang ia kantongi lebih sedikit, yaitu sekitar 100 orang. Soal akurasi data ini akan dikoordinasikan lagi dengan satuan kerja perangkat daerah setempat. "Tapi, pada prinsipnya, kami sudah sepaham untuk bersama-sama mengantisipasi kemungkinan adanya eksodus dari Dolly," kata Sri Wahyuni.
Saat ini ada tujuh lokalisasi prostitusi di Kabupaten Malang yang dipantau ketat,
yakni Suko di Kecamatan Sumberpucung, Kalibiru di Pujon, Kalikudu di Pujon Lor, Kebobang di Wonosari, Girun di Gondanglegi, Embong Miring di Ngantang, dan Pondok Seng di Sumbermanjing Wetan. Tujuh lokalisasi ini dihuni sekitar 400 pekerja seks. (Baca juga: PSK Dolly Hijrah ke Bojonegoro dan Lamongan )
Baca Juga:
Senada dengan Taufik, Sri Wahyuni mengatakan eksodus bekas penghuni Dolly ke Malang belum terpantau. Pemantauan melibatkan paguyuban muncikari bersama sejumlah lembaga swadaya masyarakat dengan membentuk kelompok kerja yang bertugas mendampingi para pekerja seks untuk memahami kehidupan sosial dan kesehatan. "Hingga sekarang belum jelas teknis pemulangan mereka, apakah diantar atau kami yang menjemput. Selain itu kami ingin ada rekam medis mereka," katanya.
ABDI PURMONO
Terpopuler:
Empat Saksi Penting Hambalang Meninggal, Kenapa?
KPK: Jangan Ada Lagi Menteri Seperti Suryadharma
KPK Berencana Tempuh Jalur Hukum Soal Transkrip
Per 1 Juli 2014, Tigerair Mandala Tak Beroperasi
Tigerair Siap Bantu Pengembalian Tiket Mandala