TEMPO.CO, Jakarta - PT Mandala Airlines yang beroperasi dengan nama Tigerair Mandala menghentikan kegiatan operasionalnya mulai 1 Juli 2014. Keputusan ini dibuat lantaran kondisi pasar turun dan biaya operasional membengkak karena rupiah terdepresiasi tajam.
"Kami telah berusaha mencari solusi untuk tetap beroperasi, termasuk berdiskusi dengan calon mitra strategis dan penanam modal," kata Ketua Dewan Komisaris Tigerair Mandala Jusman Syafii Djamal, Rabu, 18 Juni 2014. (Baca: Tutup Sebagian, Ini Rute Andalan Mandala Air)
Jusman menuturkan kelebihan kapasitas maskapai dibanding jumlah penumpang dan melemahnya nilai tukar rupiah yang mencapai 20 persen sejak awal 2013 menyebabkan biaya operasional Mandala naik signifikan. Walhasil, Mandala mulai merugi sejak beroperasi kembali pada April 2012.
Dengan kondisi industri tersebut, pemegang saham kesulitan memberi dukungan keuangan yang berkesinambungan kepada Mandala. "Dewan meninjau posisi Mandala dan memutuskan bahwa Mandala tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya," kata Jusman.
Ia mengatakan maskapai ini sudah memberi informasi resmi mengenai penghentian pengoperasiannya per 1 Juli 2014 kepada Kementerian Perhubungan. Mandala akan mengoperasikan penerbangan terakhir pada 1 Juli 2014. Pesawat terakhir dengan nomor penerbangan dengan nomor RI545 ini akan terbang dari Hong Kong ke Denpasar pada 02.35 waktu setempat. Semua penerbangan Mandala per 1 Juli 2014 dan selanjutnya dibatalkan.
Sebelumnya, PT Indonesia AirAsia sudah menutup beberapa rute penerbangan karena harus menekan biaya operasional. Direktur Niaga Air Asia Indonesia Andy Adrian Febrianto menyatakan efisiensi dilakukan untuk memangkas biaya, namun maskapai tetap mengutamakan pelayanan keamanan penumpang.
"Kita memang harus memperhitungkan dari aspek bisnis. Kalau tidak menguntungkan ya harus menutup beberapa rute," kata Andy awal Juni lalu. Beberapa rute yang ditutup per 1 Juni 2014 yakni Denpasar-Makassar-Denpasar, Surabaya-Bangkok-Surabaya, dan Bandung-Johor Baru- Bandung. "Penutupan ini dilakukan karena dirasa tidak memungkinkan dan permintaan yang kurang.”
Andy menjelaskan, melemahnya nilai rupiah berakibat tingginya nilai belanja avtur dan biaya operasional lain. Ia juga memprediksi tahun ini industri penerbangan akan mengalami penurunan permintaan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bencana alam dan jadwal hari libur. "Hal itu sangat mempengaruhi jumlah penumpang yang ada," tuturnya.
MARIA YUNIAR
Berita terpopuler:
Utang Luar Negeri RI Naik Jadi Rp 3.300 Triliun
Urus Pengembang Nakal, Kemenpera Gaet Polisi
15 Mal Jakarta Gelar Midnight Sale di Akhir Pekan
191 Pengembang Nakal Dilaporkan ke Polisi