TEMPO.CO, Jakarta - Sosiolog dari Universitas Indonesia, Imam Prasodjo, kecewa terhadap sikap Istana Negara yang telah dikangkangi industri rokok. "Contohnya, Istana memberikan goody bag berisi rokok dari beberapa produsen saat dirgahayu RI ke-53," kata Imam saat ditemui dalam acara diskusi tentang Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), Kamis, 19 Juni 2014, di Cikini, Jakarta Pusat.
Selain itu, Imam Prasodjo juga menyesalkan sikap Istana yang melanggar Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Istana secara terang-terangan lebih berpihak pada industri rokok daripada kebijakannya sendiri. "Prediksi saya, Agustus nanti, yang datang ke sana akan mendapat rokok lagi," kata Imam.
Menurut Imam, tidak hanya Istana saja yang melakukan ini. Satuan Komando Strategi Angkatan Darat juga melakukan hal serupa. Mereka, tutur Imam, pernah membagi-bagikan rokok Kostrad kepada para perwira dan tamu yang hadir dalam acara ulang tahun Kostrad. "Ini sudah semakin mengkhawatirkan saja," ujarnya.
Imam juga mengkritik partai politik yang pernah membagikan rokok yang telah diganti labelnya dengan label partai mereka untuk kampanye. "Rokok, kok, ya dipolitisasi. Bagaimana mereka mau berjanji untuk menyehatkan bangsa ini," kata Imam.
Dalam acara ini, Imam bertugas sebagai moderator acara. Namun, karena juga merupakan aktivis antirokok, Imam banyak berbagi tentang bahaya rokok dan dampaknya bagi lingkungan. Iman juga menyesalkan pemerintah yang belum menerapkan sanksi tegas kepada para pelanggar Undang-Undang Pengendalian Tembakau. "Ya contohnya saja restoran ini. Harusnya kan tidak boleh lagi ada restoran yang memperbolehkan pengunjung merokok, tapi lihat saja kan buktinya tidak demikian."
YOLANDA RYAN ARMINDYA
Berita lainnya:
KPK: Jangan Ada Lagi Menteri Seperti Suryadharma
Per 1 Juli 2014, Tigerair Mandala Tak Beroperasi
KPK Berencana Tempuh Jalur Hukum Soal Transkrip