TEMPO.CO, Surabaya - Dalam acara deklarasi penutupan lokalisasi Gang Dolly dan Jarak di gedung Islamic Center, Jalan Dukuh Kupang, Surabaya, pada Rabu malam pekan lalu, 18 Juni 2014, Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana tidak menampakkan batang hidungnya.
Padahal seremoni deklarasi itu dihadiri oleh Menteri Sosial Salim Sagaf Al-Jufri, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Wakil Gubernur Saifullah Yusuf, dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Selama ini Wisnu memang dikabarkan berbeda pendapat dengan bosnya soal penutupan lokalisasi yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara itu.
Tempo berupaya meminta konfirmasi kepada Wisnu maupun orang dekatnya tentang ketidakhadiran politikus PDI Perjuangan itu itu, namun tidak direspons. Tapi Wali Kota Risma membantah Wisnu bersimpang jalan dengan dirinya dalam menyikapi penutupan Dolly.
"Kemarin tak takoni (saya tanya) dia membantah: Nggak Mbak, itu dipelintir media," kata Risma saat diwawancarai Agus Suprianto, Endri Kurniawati, dan Agita Sukma Listyanti dari Tempo, Jumat, 20 Juni 2014. (Baca: Urus Kompensasi Dolly, Risma Tak Tidur Dua Hari)
Risma juga membantah upayanya menutup Dolly dan Jarak 'diganjal' oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, khususnya Fraksi PDI Perjuangan. Menurut Risma, sebelum menutup Dolly dia telah memberi tahu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. "Aku sudah sampaikan ke Bu Mega (akan menutup Dolly). Beliau hanya pesan: Bu Risma, yang HIV/AIDS tolong (ditangani) ya," ujar Risma. (Baca: Lihat Anak-anak di Dolly, Risma Langsung Sakit)
Risma mengatakan pekerja seks di Dolly dan Jarak yang mengidap HIV/AIDS jumlahnya memang lebih banyak ketimbang pekerja seks yang berada di lokalisasi Klakah Rejo, Sememi, dan Dupak Bangunsari yang lebih dulu dia tutup.
"Kalau di lokalisasi lain yang terkena AIDS Cuma dua sampai tiga orang. Di Dolly lebih banyak karena kampungnya lebih padat penduduk," ujar Risma. (Baca: Dolly Ditutup, Risma:Yang Melanggar Ditindak)
Risma menampik tidak mengajak bicara DPRD Surabaya sebelum menutup Dolly. Menurut wali kota perempuan pertama di Surabaya itu, persiapan penutupan Dolly sudah dilakukan sejak 2010. Setelah itu Risma memulai melakukan pendataan terhadap para pekerja seks.
"(Penutupan) ini tidak tiba-tiba, prosesnya panjang sekali," kata Risma.
Sebelumnya, anggota Komisi Kesejahteraan Rakyat DPRD Surabaya Masduki Toha mengeluh karena merasa kurang memperoleh penjelasan dari Pemerintah Kota Surabaya soal penutupan Dolly. Menurut Masduki, Dewan telah berupaya mengundang dinas terkait dengan untuk menjelaskan permasalahan tersebut namun tidak pernah terealisasi. "Kami tidak tahu setelah ditutup Dolly mau dijadikan apa, kami tidak pernah diberitahu," kata dia.
KUKUH S. WIBOWO
Berita Lain
Midnight Sale, Pengunjung Serbu Sepatu dan Tas
Tip Hindari Kehabisan Tenaga Saat Midnight Sale
Ini Tip Midnight Sale dari Pengusaha Mal
Harga Kopi Starbucks Naik Satu Dolar