TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, memprediksi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami posisi stagnan pada hari ini. IHSG yang mandek pada kisaran 4.800 hingga 4.950 tersebut disebabkan belum adanya sentimen positif pasar dari momen pemilihan umum.
"Pasar belum mendapatkan sinyal positif karena kedua calon presiden berpotensi sama kuat," katanya saat dihubungi, Jumat, 27 Juni 2014. Ia pun menampik pasar mengalami fase jenuh jual karena indeks yang bergerak mendatar akibat koreksi yang terjadi beberapa kali sebelumnya. Bursa saham juga diperkirakan kembali bergairah menjelang hari pencoblosan pemilu, 9 Juli 2014. (Baca: Pelemahan Rupiah Gagalkan Rebound IHSG)
Kiswoyo mengatakan dalam jangka pendek pasar menunggun kepastian hasil pemilu. "Sebelum pemilu seharusnya menguat di atas angka psikologis, 5.000," katanya. Dia menilai penguatan poin saham tersebut nantinya disebabkan oleh sentimen dan harapan pasar terhadap presiden baru.
Tidak hanya saham, momentum pemilihan umum juga menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kurs rupiah. Kiswoyo meramalkan pergerakan rupiah stagnan pada kisaran Rp 11.500 hingga Rp 12.500 per dolar AS. "Tetapi potensinya rupiah bisa turun karena pemilu masih dua minggu lagi.” (Baca: 'Jokowi Effect' Kembali Angkat Indeks Saham)
Sebelumnya, analis dari Bank Mandiri Reny Eka Putri juga memperkirakan kurs rupiah tidak akan menembus level 12.300 hingga 12.400 per dolar AS. Laju rupiah masih tertekan oleh tingginya kebutuhan dolar pada Juni.
Kewajiban jangka pendek mayoritas korporasi yang jatuh tempo pada akhir bulan membuat permintaan dolar semakin besar di penghujung bulan. "Tingginya permintaan dolar terus membebani pergerakan rupiah," katanya pada Kamis lalu.
ALI HIDAYAT
Berita terpopuler:
Enam Pengusaha RI Masuk Daftar 48 Dermawan Asia
Begini Kemasan Rokok Inggris dan Australia
Penjualan Indosat, Fuad Bawazier: Megawati Keliru
Bali Towerindo Akan Tambah 80 Tower di Bali