TEMPO.CO, Canberra – Menguatnya serangan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tak lepas dari para jihadis yang berasal dari berbagai negara, termasuk Australia. Untuk itu, Perdana Menteri Australia Tony Abbott telah memperingatkan warga Australia untuk menjauhi kegiatan ekstremis.
Dikutip dari laman Daily Mail, 1 Juli 2014, Abbot telah memperingatkan akan menindak tegas siapa saja, termasuk warga Australia, yang terlibat dalam kegiatan ekstremis.
Pernyataan ini keluar setelah sebuah laporan dari pemerintah federal Australia menyebutkan sedikitnya 58 warga Australia diketahui berjuang untuk militan Islam radikal di Irak dan Suriah.
“Ini menjadi prioritas nomor satu keamanan nasional pemerintah,” kata Jaksa Agung George Brandis kepada Sky News, Selasa, 1 Juli 2014.
Ia menambahkan, sekitar 150 warga Australia juga sedang dipantau karena diduga mendukung organisasi ini dengan merekrut pejuang dan mempersiapkan mereka untuk terbang ke Irak dan Suriah. (Baca: Pamit Mancing, Remaja Australia Ini Jihad ke Irak)
Sebelumnya, seperti dikutip BBC, ISIS mengklaim memiliki pejuang dari Inggris, Prancis, Jerman, dan negara-negara Eropa lainnya, serta dari Amerika, Jazirah Arab, dan Kaukasus. Bahkan, menurut Profesor Peter Neumann dari King College London, sekitar 80 persen dari pejuang Barat di Suriah telah bergabung dengan ISIS.
Kepiawaian Abu Bakar al-Baghdadi memimpin Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) membuat ISIS lebih menarik dibanding Al-Qaeda pimpinan teolog Islam, Ayman al-Zawahiri, bagi para pejihad muda. (Baca: Jihadis Muda Lebih Tertarik ke ISIS daripada Al Qaeda)
ANINGTIAS JATMIKA | SKY NEWS | BBC | DAILY MAIL
Terpopuler
Punya Ladang Minyak, Aset ISIS US$ 2 Miliar
Pejihad ISIS Berasal dari Berbagai Negara
Misi Berbelok, ISIS Tak Akur dengan Al-Qaidah