TEMPO.CO, Malang -- Pasangan Yudi Utomo dan Rianah masih sangat berduka. Mereka tidak menyangka bila putra bungsunya, Bhayangkara Dua (Bharada) Risky Dwi Wicaksono, bernasib tragis. (Baca: 20 Menit Terakhir Brimob Rizky Sebelum Dibunuh)
Anggota Detasemen B Satuan III Pelopor Markas Komando Brigade Mobil Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, itu tewas dikeroyok sepuluh orang bersenjata tajam tak dikenal di sekitar halte Universitas Indonesia, Depok, pada Selasa dinihari, 1 Juli 2014. Jenazah Risky sudah dimakamkan di tempat pemakaman umum desa setempat dalam upacara kemiliteran. (Baca:Pembunuhan Anggota Brimob, Polisi Periksa 6 Saksi)
Rianah, 46 tahun, mengenang putranya sebagai pribadi yang cerdas, penurut, dan supel bergaul. Pertemuan terakhir Rianah dengan putranya terjadi pada November 2013.
Menurut Rianah, Risky yang lahir di Malang pada 1 Februari 1994 sempat mengenyam pendidikan di tiga sekolah dasar berbeda di Malang dan Pasuruan. Ia terpaksa pindah sekolah karena keluarga tantenya belum memiliki tempat tinggal permanen. (Baca: Kenapa Anggota Brimob Rizky Dikeroyok Hingga Tewas)
"Demi perbaikan ekonomi keluarga dan demi masa depan dua anak saya, saya dan suami dengan berat hati menitipkan Risky sejak masih kelas 1 SD ke tantenya. Perkembangan anak-anak kami ketahui dari kerabat di sini," kata Rianah kepada Tempo, Kamis, 3 Juli 2014.
Kendati tak tinggal bersama orang tuanya, Risky menunjukkan prestasi belajar yang tinggi. "Alhamdulillah, sejak SD sampai SMP Negeri 1 Lawang, Risky selalu dapat ranking tiga besar, selalu juara 1-2 di kelas. Waktu di SMA saya tak tahu prestasinya berapa. Yang jelas, anak itu cepat menangkap pelajaran," kata Rianah.
Bahkan, kata Rianah, baru empat bulan di taman kanak-kanak, Risky sudah bisa baca tulis dengan cukup lancar. Salah seorang kerabatnya pernah mengetes kemampuan membacanya dengan meminta Risky membaca koran. "Pernah dites IQ-nya sekitar 125, masuk kategori anak cerdas dan berbakat."
Setamat dari SMA Islam Al-Maarif, Singosari, Kabupaten Malang, pada 2003, Risky mendaftar sebagai anggota polisi. Gagal lewat jalur Secaba (Sekolah Calon Bintara) Polri, Risky lalu mendaftar melalui Secatam (Sekolah Calon Tamtama) pada November 2013 dan berhasil mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Purwokerto. Risky meninggal waktu kariernya sebagai anggota Brimob genap tujuh bulan.
ABDI PURMONO
Berita Lainnya:
Kondisi Juru Parkir yang Dibakar Tentara Memburuk
Jelang Perempat Final, Jerman Belum Maksimal
Dewan Pers: Keberpihakan Jakarta Post Lazim