TEMPO.CO, Jakarta - Salah seorang korban pesawat Malaysia Airlines MH17 yang jatuh di perbatasan Ukraina-Rusia, Supartini, 39 tahun, sudah bekerja di Belanda selama tiga setengah tahun terakhir. Dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Den Haag.
Adik kandung Supartini, Murtini, mengatakan sebelum di Belanda, kakaknya pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong.
"Setelah setengah tahun di Belanda, dia mengajak saya," katanya saat ditemui di rumah orang tua Supartini di RT 11 RW 2 Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah, Jumat, 18 Juli 2014. (Baca: MH17 Langgar Batas Aman Penerbangan Ukraina)
Lalu dua tahun lalu, giliran adik bungsu Supartini, Paryati, yang menyusul ke Belanda. Dia mengatakan bekerja di Belanda lebih enak. Sebab mereka berstatus pekerja legal dan diperhatikan oleh pemerintah Belanda.
"Setiap Rabu kami bertemu, yaitu saat mendapat pelajaran bahasa Belanda," ucapnya. Dia mengatakan Supartini senang tinggal dan bekerja di Belanda. Kakaknya tidak pernah mengeluh soal cuaca dan makanan yang berbeda dengan di Indonesia. (Baca: Mahasiswa Indonesia Jadi Korban MH17)
UKKY PRIMARTANTYO
Terpopuler:
Penumpang MH17 Punya Firasat Bakal Celaka
KPK Gelar Ekspose Soal Muhtar Ependy
MH17 Lewat Dekat Zona Perang Demi Irit BBM?
Komnas HAM Pastikan Pemanggilan Paksa Kivlan Zen
Tembak Jatuh MH17, Pemberontak Tertawa