TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Ansyaad Mbai menyatakan pendukung gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam Irak dan Suriah di Indonesia merupakan aktor gerakan lama atau para teroris. Karena itu, dukungan terhadap paham radikal itu cepat menyebar di Indonesia.
Ansyaad mengatakan pemerintah tak melarang mereka mendukung ISIS. "Mau berorganisasi silakan, tapi jangan bikin kekacauan," katanya di kantor Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Sabtu, 9 Agustus 2014.
Menurut Ansyaad, ada beberapa konsentrasi kelompok jaringan teroris. Misalnya, di Sumatera Utara dan Aceh terdapat Qoidah Aminah yang terdiri atas kelompok Dulmatin (Jamaah Islamiah/JI), Mustofa (JI-Jamaah Ansharut Tauhid), Abdullah Sonata (Kompak), Aman Abdul Rahman (Negara Islam Indonesia/NII), Abu Omar (NII), dan kelompok penyandang dana untuk kegiatan terorisme dalam kasus perampokan CIMB Medan.
Ada pula kelompok Mujahid Indonesia Barat di Lampung, NII di Kalimantan Selatan, Mujahid Indonesia Timur pimpinan Daeng Koro Santoso di Poso, dan kelompok Asmar di Sulawesi. Sedangkan di Ambon ada kelompok Walid, JAT di Bali, juga kelompok Bima di Nusa Tenggara Barat. Sedangkan di Jawa, ada MIB pimpinan Abu Omar dan Abu Roban, NII Tasikmalaya, dan kelompok jaringan Solo.
Menurut Ansyaad, mereka juga merekrut anggota Polri dan TNI. Lewat polisi dan TNI inilah para teroris memasok senjata. "Bahayanya, birokrasi Polri dan TNI direkrut. Ini merongrong negara. Ini ancaman terhadap sendi kehidupan bangsa dan bernegara," katanya.
LINDA TRIANITA
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Ketua Gerindra Jakarta Ancam Culik Ketua KPU
SBY Buka Suara Soal Pencopotan KSAD Budiman
Golkar Bisa di Luar Pemerintahan, Begini Caranya