TEMPO.CO, Siak - Kepala Satuan Reskrim Kepolisian Resor Siak Ajun Komisaris Hary Budyanto menyebut para pelaku pembunuhan dan mutilasi enam bocah di Riau berusia muda. Satu pelaku, SP, masih sekolah berumur 17 tahun. Sedangkan tiga lainnya, yakni MD, 20 tahun; DD, 19 tahun; dan S, 24 tahun. “Satu pelaku masih sekolah,” katanya, kepada Tempo, Sabtu, 9 Agustus 2014. (Baca: Polisi: Pelaku Mutilasi Bocah di Riau Empat Orang )
Hary menuturkan MD merupakan otak pelaku dari pembunuhan dan mutilasi. Sedangkan sang istri, DD, dan dua temannya, SP dan S, turut membantu aksi tersebut. Para pelaku merupakan warga Kecamatan, Tualang, Kabupaten Siak. DD bekerja sebagai sopir air minum isi ulang. Tersangka SP bekerja sebagai buruh kasar, sedangkan DD adalah istri dari MD. (Baca: Semua Bocah Korban Mutilasi Tetangga Dekat Pelaku)
Polisi menangkap ketiganya di Siak pada 24 Juli 2014. Kasus itu terungkap menyusul adanya laporan dari warga yang mengaku kehilangan anak. Kemudian polisi juga menangkap DD yang tengah berada di Mandau, Bengkalis. (Baca:Kisah Bocah yang Selamat dari Mutilasi)
Amri, 60 tahun, warga setempat, mengatakan mereka tidak pernah curiga atas gerak-gerik para pelaku. Padahal, para pelaku sering terlihat dan lalu lalang di kampung. Tidak tampak sikap aneh dari para pelaku. "Seperti anak muda lainnya, mereka sering lewat-lewat, ngumpul atau ngopi di kedai," katanya.
Tersangka MD mengaku membunuh dan memutilasi bocah karena disuruh dukun. Tersangka memutilasi para korban kemudian mengambil alat vital setelah dipotong. Sebelum dibunuh, pelaku terlebih dulu menyodomi korban. “Kelaminnya dipotong, kemudian dimasak atau disop lalu diantar kepada dukun,” katanya. (Baca: Kasus Mutilasi Bocah, Polisi Selidiki Keterlibatan Dukun)
Menurut pelaku, MD, sang dukun menyuruhnya memasak alat vital itu untuk mengambil minyak yang disebut digunakan untuk obat. Namun, dia mengaku tidak tahu khasiat minyak tersebut. “Saya hanya disuruh, lalu diantarkan ke dukun,” katanya. (Baca:Salah Satu Pelaku Mutilasi Bocah Adalah Anak Dukun)
Pelaku juga tidak mengetahui maksud sang dukun, apakah untuk menuntut ilmu hitam atau ada maksud lainnya. “Saya tidak tahu apa tujuannya. Saya tidak ada menuntut ilmu,” katanya.
RIYAN NOFITRA