TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat minyak dan gas bumi dari Center for Petroleum and Energy Economics Studies, Kurtubi, mengatakan ketersediaan gas alam di Indonesia sesungguhnya mampu memenuhi kebutuhan gas untuk rumah tangga. Karena itu, penggunaan elpiji di rumah tangga perlu segera diubah.
“Ini harus diubah karena berbahaya jika energi rumah tangga bergantung pada energi impor,” katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 13 Agustus 2014.
Tapi, Kurtubi menjelaskan, elpiji dapat diganti dengan gas pipa yang sumbernya banyak diperoleh di perut bumi Indonesia. Bahan dasar dari gas pipa atau disebut dengan nama city gas, berbeda dengan bahan elpiji. Menurut Kurtubi, elpiji mengandung bahan kimia C3 (propana) dan C4 (butana) sedangkan pipa gas mengandung C1 (metana) dan C2 (etana).
“Gas C1 dan C2 ini enggak usah impor, di dalam perut bumi di Indonesa lebih banyak,” ujarnya.
Kurtubi menilai energi alternatif yang bagus untuk penggunaan di rumah tangga Indonesia--terutama kota besar--adalah gas pipa. Sayangnya, pemerintah hingga saat ini masih belum membangun infrastruktur saluran pipa gas dari rumah ke rumah. “Sudah jelas, penggunaan gas lewat pipa jauh lebih murah daripada elpiji.”
Menurut Kurtubi, beberapa tempat yang sudah menggunakan gas pipa ini antara lain Perumnas Klender serta perumahan di daerah Menteng dan sebagian Cirebon. “Di sana yang membangun infrastrukturnya PT Perusahaan Gas Negara,” ujar Kurtubi. (Baca: PGN Tambah 72 Kilometer Pipanisasi di Jawa Timur).
PT Pertamina berencana menaikkan harga elpiji kemasan 12 kilogram dari harga sekarang Rp 89-100 ribu per tabung. Kenaikan harga gas ini diprediksi akan membuat masyarakat beralih ke gas tabung bersubsidi ukuran 3 kilogram.
AISHA SHAIDRA
Berita Terpopuler
Mau Ganti Dirut PLN, Dahlan Iskan Ditentang Wapres
Berumur 30 Tahun, Penumpang Pesawat Dapat Hadiah
Menkeu: Subsidi BBM Turun, Defisit APBN 2015 Terpangkas
Dahlan Iskan Bantah Akan Copot Nur Pamudji
Philip Morris Akan Gugat Inggris