TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Hubungan Masyarakat Daerah Operasional I PT Kereta Api Indonesia Agus Komarudin menceritakan kronologi peristiwa longsor di jalur rel Cilebut-Bojong Gede, Bogor, Jumat malam, 15 Agustus 2014. (Baca juga: Tragis, Ibu Bayi Tewas Tertimbun Longsor di Bogor)
Longsor sempat membuat perjalanan kereta api listrik (KRL) jurusan Jakarta-Bogor terhenti. Penumpang tak bisa melanjutkan perjalanan ke Bogor dan harus turun di Stasiun Bojong Gede, Jawa Barat. Namun, Sabtu pagi, 16 Agustus 2014, KRL sudah beroperasi normal meskipun kecepatannya perlahan.
Agus menuturkan kejadian bermula dari hujan yang mengguyur wilayah Bogor sejak Jumat sore hari 15 Agustus. Sekitar pukul 18.00 hujan turun deras sehingga Sungai Kalibaru yang tak jauh dari lokasi kejadian meluap. Banyak sampah yang mengambang di sungai tersebut. Pintu air di sungai pun mampet.
"Airnya meluap ke jalan, rumah warga, dan bahu rel," kata dia saat dihubungi Tempo, Sabtu, 16 Agustus 2014. Selain sampah, kondisi Sungai Kalibaru juga sudah sangat dangkal. (Baca: Rel Kebanjiran, KRL Hanya Sampai Bojong)
Derasnya aliran sungai itulah yang kemudian menggerus tanah di bahu rel yang terdapat di sisi tebing. Sekitar pukul 20.00, tanah di tebing itu longsor. Agus menjelaskan tebing itu longsor hingga sepanjang sekitar 30 meter dan menimbulkan timbunan setinggi 3 meter di sisi rel. Namun, rel tidak ikut longsor. (Baca: Pasca Longsor, KRL Jakarta-Bogor Kembali Normal)
Menurut dia, lokasi longsor adalah tempat yang sama dengan peristiwa longsor pada 2012, yakni di antara Stasiun Bojong Gede dan Cilebut. "Jika perjalanan dari Bogor, lokasi berada di jalur kanan," kata Agus.
Agus menilai usaha perbaikan rel selama ini sia-sia. Pada saat longsor 2012, KAI telah berupaya memperkuat rel di lokasi tersebut dengan memakai cerucuk dan penambahan kerikil. Cerucuk adalah jenis fondasi yang biasanya diaplikasikan di daerah dengan kondisi tanah yang kurang stabil. Namun, peristiwa itu kini berulang kembali. "Sekuat apa pun dengan air pasti tergerus," Agus berujar.
Dia menambahkan, pada insiden 2012 pun, KAI juga telah membangun gorong-gorong, agar aliran air sungai Kalibaru normal. "Tapi waktu dicek kemarin, gorong-gorong dipenuhi oleh sampah," kata Agus.
Agus melanjutkan penanganan sampah di sungai merupakan kewenangan pemerintah Bogor. "Masalahnya sampah. Penduduk sini saja juga kebanjiran," ujarnya.
ERWAN HERMAWAN
Berita Lainnya:
2015, Masuk Monas Pakai Uang Elektronik
Polisi Curiga Jurnalis Prancis dan Australia Mata-mata
Gubernur Aceh Tagih Janji SBY
Tragis, Ibu Bayi Tewas Tertimbun Longsor di Bogor