TEMPO.CO, Monrovia - Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf memecat beberapa menteri kabinet dan pejabat tinggi yang "kabur" dan tidak mau kembali ke negaranya untuk berjuang melawan ebola. Padahal, Sirleaf telah memberikan waktu sepekan agar para petinggi negara itu mau kembali ke rumah mereka tanpa ancaman pemecatan, kecuali bagi mereka yang memiliki alasan kesehatan yang serius.
"Pekan lalu, Presiden telah memberikan ultimatum bahwa ia ingin semua pejabat kabinet eksekutif kembali ke rumah. Tapi, belum ada satu pun yang melakukannya. Maka, karena waktu yang diberikan sudah habis, Presiden mengeluarkan perintah pemecatan," kata Menteri Informasi Lewis Brown, seperti dilaporkan Breaking News, Selasa, 26 Agustus 2014.
Brown tidak menyebut berapa jumlah menteri yang dipecat. Brown hanya menyebut nama Michael Wotorson, Ketua Komisi Investasi Nasional dan seluruh kabinet. "Kami masih menyusun daftarnya," kata Brown. (Baca: Dokter Tertular Ebola Meninggal Seusai Minum ZMapp)
Dalam sebuah laporan lokal, Wotorson mengaku memang berencana untuk mengundurkan diri. Wotorson rela mencopot jabatannya untuk melindungi keluarganya dari wabah mematikan itu. "Ini adalah keputusan yang sulit," kata Wotorson.
Sementara itu, sejumlah pejabat lainnya dilaporkan masih berada di luar negeri dan tidak menghiraukan perintah Presiden. Mereka beralasan sedang menghadiri pertemuan yang membahas kebutuhan medis untuk Liberia. (Baca: Warga Liberia Curiga Ebola Tipuan Pemerintah)
Lebih dari 1.400 orang meninggal akibat ebola di Liberia, Sierra Leone, Guinea, dan Nigeria. Liberia termasuk negara yang paling parah terkena dampaknya. Di negara ini, ebola telah menewaskan ratusan orang.
RINDU P. HESTYA | BREAKING NEWS
Berita Lain:
Rapper AS Simpatisan ISIS Tewas di Suriah
Lawan Rokok, Bloomberg Sumbang Rp 385 Triliun
Surat Terakhir James Foley untuk Keluarganya