TEMPO.CO, Jakarta - Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan melanjutkan seleksi 64 calon pimpinan KPK yang lolos dalam tahap administrasi. Selanjutnya, para kandidat akan mengikuti seleksi tahap pembuatan makalah. "Ada dua makalah. Makalah tentang diri dan makalah kompetensi," kata Farouk Muhammad, anggota panitia, kepada Tempo, Ahad, 7 September 2014.
Farouk menjelaskan, makalah tentang diri berisi profil, pengalaman, dan alasan para kandidat mengikuti seleksi. Mereka diharapkan bisa menilai diri sendiri dengan jujur. "Nantinya akan kami klarifikasi kembali, apakah dapat dipercaya atau tidak," kata Farouk.(Baca:LSM: Seleksi Pimpinan KPK Harus Dilanjutkan)
Para kandidat diberi waktu hingga 11 September 2014 untuk membuat makalah tentang diri. Pada hari yang sama, setelah mengumpulkan makalah tentang diri, mereka akan diminta menulis makalah kompetensi. "Makalah kompetensi ditulis secara langsung di tempat," kata Farouk.
Makalah kompetensi dibuat menggunakan tulisan tangan. Tema makalah tersebut ditentukan oleh panitia. Farouk mengatakan tema penulisan tidak akan jauh dari seputar konsep pemikiran terhadap korupsi. "Seperti bagaimana jika menjadi pimpinan KPK dan bagaimana cara mengatasi korupsi," kata Farouk.(Baca: Publik Harus Awasi Seleksi Pimpinan KPK)
Farouk mengatakan para calon pimpinan KPK diberi waktu beberapa jam untuk menulis makalah kompetensi. Setelah waktu habis, akan ada tim pembaca yang menilai semua tulisan mereka. Tim ini tidak diperbolehkan mengetahui nama pembuat makalah. "Untuk menghindari unsur subyektif, tim pembaca tidak diberitahu nama pembuat makalah," ujarnya. Adapun anggota tim pembaca makalah pun tidak boleh dipublikasikan.
Hasil seleksi tahap ini akan diumumkan pada 15 September 2014. Selanjutnya, akan ada tahap profile assessment (18 september 2014) dan penelusuran rekam jejak (26 Oktober 2014). Sebelum Presiden menerima laporan hasil seleksi pada 13 Oktober 2014, para calon pimpinan KPK akan melalui seleksi tahap wawancara pada 9 Oktober 2014.
DEVY ERNIS
Baca juga:
PDIP: Ada Mafia Migas Besar dan Recehan
Hujatan di Twitter Ini Bikin Ridwan Kamil Geram
Pria Ini Rela Membayar Rp 900 Juta untuk Ciuman
Mengapa Tim Transisi Ogah Laporkan Oknum Palsu?
IP Address Penghina Ridwan Kamil di Jakarta