TEMPO.CO, Jakarta - Sepuluh mesin penghasil biogas (biodigester) skala kecil bakal dibangun di sejumlah desa di Kabupaten Sumba Barat dan Sumba Timur. Mesin ini sumbangan dari Hivos, lembaga kemanusiaan asal Belanda. (Baca: Elpiji Mahal, Biogas Bisa Jadi Alternatif)
Lembaga ini melakukan pengumpulan dana dengan konsep crowd funding di media sosial dan konser amal. “Konsep besarnya bernama ‘Give A Crap’,” ujar Nine Geertman, salah seorang anggota tim Hivos. Mereka menargetkan nilai dana yang terkumpul sebesar 25 ribu euro, atau setara Rp 381 juta, untuk membeli lebih banyak unit biodigester.
Pada 6 September 2014 lalu, petugas dari lembaga itu telah melakukan survei di tiga desa, yaitu Kendautana, Lewa dan Laimbonga. Mesin seharga Rp 15 juta per unit akan dbuat secara manual di desa tersebut. “Kami ingin membuka akses sumber energi terbarukan di pulau termiskin ketiga di Indonesia ini,” ujar juru bicara Hivos, Dewi Suciati, kepada pers di Jakarta. (Baca: Biogas Terkendala, Produksi Susu Melorot)
Menurut data statistik Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal pada 2012, empat kabupaten di Sumba masuk wilayah tertinggal. Meski demikian, Sumba memiliki banyak potensi dalam hal energi terbarukan, dari mikrohidro, biomassa yang berasal dari sampah, dan turbin angin. Namun Hivos memilih sumber energi dari biogas, yang mudah didapat dari kotoran hewan ternak dan manusia.
Dewi mengatakan pembangunan sumber energi ini akan dilakukan lewat kerja sama dengan beberapa instansi pemerintah, seperti Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Perusahaan Listrik Negara. Keduanya membantu dalam hal kebijakan, sedangkan dasar-dasar teknologinya akan disiapkan oleh Hivos. “Dana kami himpun melalui sumbangan swadaya masyarakat,” ujarnya.
Shally Pristine, anggota tim asal Indonesia, mengatakan masyarakat Laimbonga di Sumba Timur dapat menghasilkan biogas melalui kotoran ternak mereka. “Sekitar 20 kilogram kotoran ternak cukup untuk menghasilkan gas untuk kegiatan rumah tangga selama sehari,” ujar perempuan lulusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung itu.
Adra Gesza Dhanyarati, ekspeditor lainnya, mengatakan pembuatan biodigester tersebut tak sulit. Yang dibutuhkan hanyalah penggalian tanah seluas 4 meter kubik untuk tempat penampungan kotoran dan penghubung ke rumah-rumah sekitar. Satu unit biodigester, kata dia, mampu menghasilkan gas yang dapat menyalakan listrik di tiga rumah.
AMRI MAHBUB
Terpopuler:
Ahok Mundur dari Gerindra, Ini Kata Jokowi
LSI: 81,53 Persen Massa Prabowo Setuju Pilkada Langsung
Alasan Ahok Jatuh Cinta dan Putus dari Gerindra