TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Keselamatan dan Standar Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) Wisnu Darjono mengatakan letusan Gunung Slamet di Jawa Tengah sejauh ini tidak mengganggu penerbangan. "Karena arah anginnya menjauhi rute penerbangan di sekitar Yogyakarta dan Solo," kata Wisnu kepada Tempo, Jumat, 12 September 2014. (Baca: Skenario Pengungsian Jika Status Gunung Slamet Awas)
Hingga saat ini, kata Wisnu, pemerintah juga belum mengeluarkan peringatan dan larangan terbang atau notice to airmen (notam). Notam adalah pemberitahuan mengenai informasi terbaru dalam kegiatan operasional penerbangan setelah muncul kejadian tertentu. Menurut Wisnu, semua bandara masih beroperasi normal. "Begitu juga dengan kegiatan maskapai," ucapnya. (Baca: Begini Mencekamnya Suasana Sekitar Gunung Slamet)
Juru bicara Kementerian Perhubungan Julius Adravida Barata mengatakan pihaknya tengah memantau perkembangan kondisi di Gunung Slamet, "Termasuk arah anginnya," kata dia. Dalam kondisi siaga bencana gunung berapi, faktor arah angin sangat menentukan kelayakan kondisi penerbangan karena debu vulkanik yang terbawa berbahaya bagi pesawat.
Dalam kurun 12 jam, sejak Rabu, 10 September 2014, pukul 18.00 WIB, Gunung Slamet melontarkan lava pijar sebanyak 137 kali. Ketinggian lava pijar itu mencapai 100-700 meter dari puncak kawah.
Sebelumnya, ketinggian lava pijar yang dilontarkan Gunung Slamet maksimal hanya sekitar 500 meter. Kendati demikian, Ketua Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Sudrajat, mengatakan status gunung tertinggi di Jawa Tengah itu masih siaga atau dua level di atas normal. (Baca: 12 Jam, Gunung Slamet Lontarkan Lava 137 Kali)
MARIA YUNIAR | DINDA LEO LISTY (PEMALANG)
Berita Terpopuler
Diminta Copot Jabatan, Ahok Tantang Gerindra
Sengkarut Pilkada di DPR, Ini Asal Mulanya
Pemerintah Mati-matian Loloskan Pilkada Langsung
Aburizal: Sistem Politik Indonesia Terlalu Liberal