TEMPO.CO, Pennsylvania - Aroma pandangan politik Anda mungkin memang dapat dicium (dalam arti harfiah), setidaknya bagi mereka yang tak sepandangan. Sebuah studi baru yang diterbitkan di American Journal of Politics Science pada awal bulan ini mengungkap bahwa orang lebih dapat menghirup aroma mereka yang sepandangan sikap pandangan politik meski memang tak ada hubungan antara bau dan pola suara yang dikeluarkan.
Meski kecil, preferensi alam bawah sadar ini bisa menjelaskan mengapa orang tertarik dengan mereka yang memiliki pandangan politik yang sama. Mungkin, memang kecocokan memiliki aroma.
“Anda akan menerima dari luar sana sesuatu yang secara politis sama,” ujar peneliti politik di Pennsylvania State University, Pete Hatemi, seperti dikutip dari Livescience.com, Rabu, 24 September 2014. “Dan akan membuat Anda sedikit tertarik untuk tetap bertahan.”
Sebelumnya telah banyak penelitian tentang kecocokan pandangan politik pada sejoli. Jumlahnya lebih banyak ketimbang kecocokan berkeyakinan. Kurang lebih, beberapa penelitian tersebut menyatakan bahwa suatu hubungan tak berpengaruh besar pada tampilan seseorang. Yang lebih berpengaruh adalah kecocokan pandangan politik.
Penelitian Hetemi ini berkesimpulan sebaliknya. “Orang akan menanggalkan pandangan politiknya saat pendekatan dengan seseorang,” ujar Hetemi. Hanya, ujar dia, memang ada kecenderungan seseorang mencari pasangan yang mirip seperti mereka.
Lebih lanjut, penelitian Hetemi mengungkap fakta bahwa sikap politik dapat berbeda dan mengakar lantaran kepribadian dan keyakinan dasar tiap-tiap individu. Ini dipengaruhi oleh komponen biologis manusia. Melalui scanning otak terlihat isyarat ketakutan berbeda pada spektrum yang berbeda pula.
Dalam penelitian, Hetemi dan timnya merekrut 146 relawan berusia 18 sampai 40 tahun dari universitas dan masyarakat sekitar. Kemudian mereka diajukan beberapa pertanyaan tentang keyakinan politik masing-masing.
Para peneliti meminta 21 relevan, yang diidentifikasi berpikiran liberal atau konservatif, mengenakan kain kassa yang ditempel di ketiak mereka selama 24 jam. Untuk mencegah terkontaminasi aroma harum, para peserta tak diperbolehkan mandi atau memakai deodorant. Bahkan, peserta tak diizinkan tidur satu ranjang dengan orang lain.
Di lain pihak, 125 relawan lainnya diminta untuk mengambil bau bantalan tersebut tanpa mengetahui bekas siapa bantal tersebut. Kemudian kelompok ini diminta menilai dalam skala lima dan menduga keringat tersebut milik ideologi mana.
Hasilnya, bau tak memberikan petunjuk secara sadar terhadap ideologi tertentu. “Orang tak mampu membedakan keringat milik si konservatif atau si liberal,” ujar Hetemi. Namun, menurut dia, preferensi mereka mengerucut pada ideologi paling dekat.
Tak berhenti sampai situ, para peneliti juga menguji faktor-faktor demografi, tetapi efeknya kecil, dan perlu direplikasi dengan peserta lain sebelum hasil diambil. Temuan statistik mengungkap faktor ini hanya berperan sebesar 10 persen.
Memang, kata Hetemi, mungkin ada alasan lain, terutama hubungan antara cinta dan ideologi. “Pada akhirnya ini berkaitan dengan penyelarasan akhir,” ujar pakar hubungan internasional Universitas Brown, Rose McDermott.
AMRI MAHBUB
Baca juga:
Atasi Demo FPI, Polisi Siapkan 500 Personel
Interior Daihatsu Gran Max Caravan, Apa Isinya?
Ariel Risih Ditanyai Soal Sophia Latjuba
Anas dan 466 Politikus yang Dijerat Kasus Korupsi
Panas-panasan, Berapa Honor SPG Cantik IIMS 2014?