TEMPO.CO , Jakarta - Equity Analyst dari Asia Financial Networks, Agus Susanto, mengatakan kasus gagal bayar bunga obligasi yang terjadi pada PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) disebabkan dua hal. Menurut Agus, selain kinerja keuangan internal, hal ini juga disebabkan bisnis selular Code Division Multiple Access (CDMA) yang tidak lagi menguntungkan. (Baca: Bakrie Telecom Digugat di Pengadilan New York).
Agus mengatakan BTEL selalu merugi beberapa tahun terakhir sehingga mengalami defisit modal Rp 1,3 triliun. Ini mengakibatkan aliran kas operasi akan digunakan untuk menutup beban sehingga kinerjanya akan terus tertekan. “Semester ini, BTEL merugi Rp 316,83 miliar,” kata Agus, Kamis, 25 September 2014.
Selain itu, Agus menilai cadangan kas BTEL sebanyak Rp 55 miliar sangat kecil dibandingkan dengan aset yang mencapai Rp 7 triliun. Sehingga BTEL dipastikan tidak akan mampu melakukan belanja modal. Padahal industri telekomunikasi merupakan industri infrastruktur yang membutuhkan belanja modal besar untuk pengembangan usaha.
Penyebab lainnya adalah utang. Seperti diketahui, BTEL sedang melakukan negosiasi dengan beberapa kreditur seperti Credit Suisse , Mandiri Tunas Finance, dan BCA. Hal inidiperparah dengan kewajiban utang sewa pembiayaan hingga Rp 805 miliar terhadap menara serta utang usaha atas Huawei hingga Rp 1,3 triliun.
Kondisi bisnis CDMA yang tidak lagi menguntungkan, akan membuat kreditur berpikir panjang untuk memberikan fasilitas kredit. Setelah adanya video call dan internet murah, hampir semua gudget mainstream sudah menggunakan layanan Global System for Mobile Communication (GSM) sehingga operator CDMA seperti BTEL akan kalah bersaing. (Baca juga: Bakrie Telecom Bidik Satu Juta Pelanggan).
FAIZ NASHRILLAH
Berita Terpopuler
Wartawati Tempo Dilecehkan Simpatisan FPI
Soal Gantung Diri di Monas, Anas: Siapa Bilang?
Adnan Buyung: Jaksa Penuntut Anas Bodoh