TEMPO.CO, Surabaya - Pelabuhan-pelabuhan di kawasan timur Indonesia memegang peranan penting untuk transportasi laut. Pada gilirannya, pelabuhan-pelabuhan ini bakal mendorong pertumbuhan ekonomi dan menekan angka inflasi karena disparitas harga antarwilayah makin rendah. Selama ini biaya logistik yang tinggi menyebabkan harga jeruk Pontianak lebih mahal ketimbang jeruk Tiongkok.
Bahkan, untuk biaya bongkar-muat dan kirim kargo ke Papua jauh lebih mahal ketimbang ke Luxemburg di Eropa. ”Soalnya setiap kapal pulang dari kawasan timur tidak membawa banyak muatan sehingga biaya dibebankan pada kargo yang diberangkatkan sebelumnya dari Jawa,” ujar Ketua Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) UGM Danang Parikesit. (Baca: Pengamat: Kabinet Jokowi Lebih Reformis dari SBY)
Biaya transportasi juga bisa menambah 20-25 persen harga akhir dari produk pertanian. Kenyataannya, kurang dari 2 persen produk pertanian yang bisa diangkut kapal. ”Mahalnya biaya logistik menjadikan transportasi maritim Indonesia tidak masuk dalam daftar peta perdagangan maritim dunia. Yang ada hanya Singapura dan Malaysia,” kata Danang, yang menjadi Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI). (Baca: Indonesia Negara Kelautan Tapi Orientasi Daratan)
Tema transportasi laut itu menjadi bahasan seminar dalam acara "Jelajah Laut" di atas KMP Trunojoyo yang berlayar menyusuri Selat Madura, Pelabuhan Tanjung Perak, hingga Gresik pada 25 September 2014. Acara yang diadakan Pustral UGM itu diikuti wartawan, mahasiswa teknik perkapalan ITS, puluhan wakil MTI, serta pejabat Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Jawa Timur.
Menurut Danang, pelabuhan seperti di Sorong-Papua dan Bitung-Sulawesi Utara bisa dijadikan pintu masuk bagi 14.000 kapal yang beroperasi di Indonesia. Dengan begitu, lalu lintas laut di kawasan timur akan ramai, mengurangi biaya transportasi kapal yang selama ini pelayarannya tidak terjadwal, serta mendorong migrasi transportasi darat ke laut.
Minimnya aktivitas bongkar muat kapal, terutama di pelabuhan-pelabuhan di kawasan timur, menurut Danang, menyebabkan biaya logistik semakin tinggi hingga 30 persen dari harga bahan baku. Selama ini efisiensi keluar masuk kontainer membawa barang dari pelabuhan hanya sepuluh persen.
Peserta "Jelajah Laut" juga mengunjungi perusahaan galangan nasional PT PAL Indonesia. Mereka menyaksikan aktivitas pembangunan kapal perang serta reparasi kapal milik TNI dan Pertamina. ”Saat ini kami sedang bersiap membangun kapal selam dengan target penyelesaian tahun 2020,” kata Dirut PT PAL Firmansyah Arifin.
ARTIKA RACHMI FARMITA