TEMPO.CO, Surakarta - Kementerian Perdagangan menunjuk Surakarta, Jawa Tengah, untuk menyelenggarakan program sekolah pasar. Program ini secara khusus melatih pedagang pasar tradisional agar bisa memberi pelayanan terbaik bagi konsumen. “Jadi masyarakat tertarik berbelanja di pasar tradisional,” kata Kepala Dinas Perindustrian Surakarta, Rohanah, Kamis, 2 Oktober 2014.
Rohanah mengatakan pemerintah belum menetapkan mulai kapan program itu diterapkan. Namun, untuk mengawali, pemerintah telah menunjuk pedagang di Pasar Nongko sebagai peserta pertama. Selanjutnya, program ini digilir kepada pedagang di pasar tradisional lain. “Alasan penyelenggaraan sekolah pasar di Surakarta karena Pasar Nongko menjadi pasar percontohan terbaik tingkat nasional, sehingga sekolah pasar akan diadakan di Pasar Nongko,” ujar Rohanah.
Format sekolah pasar mirip dengan sekolah pada umumnya, yaitu belajar di kelas dan praktek berjualan. Materi yang diberikan kepada pedagang, antara lain, tentang sikap sopan dan ramah serta penyediaan barang berkualitas. “Kami ingin menyamakan standar pelayanan pasar tradisional dengan pasar modern,” kata Rohanah.
Menurut Rohanah, selama ini banyak pedagang di pasar tradisional kerap acuh tak acuh melayani pembeli. Bahkan tidak jarang mereka menjual barang yang sebenarnya tidak layak lagi digunakan. “Hal-hal seperti itu yang ingin kami benahi.”
Adapun Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta, Subagiyo, mengatakan pemerintah berupaya membenahi pasar tradisional. Tak hanya dengan merevitalisasi bangunan, tapi juga mengajari pedagang agar lebih ramah melayani pembeli. Contohnya di Pasar Gading. Selain bangunannya dibenahi, pedagang diberi celemek sehingga tampak bersih.
Lokasi jualan diminta selalu bersih, terutama yang berjualan sayuran dan daging segar. “Keunikan pasar tradisional di Surakarta, ada berbagai pasar yang punya kekhasan sendiri. Misalnya ada pasar tekstil, yaitu Pasar Klewer. Pasar distribusi barang seperti Pasar Legi dan sebagainya,” katanya.
Menurut Subagiyo, dengan pembenahan itu, makin banyak pembeli di pasar tradisional. Indikasinya, sumbangan retribusi pasar tradisional yang cukup besar. “Dulu pendapatan dari pasar tradisional hanya Rp 8 miliar, sekarang jadi Rp 20,7 miliar,” ujarnya.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita lain:
Pimpinan DPR Dikuasai Pro-Prabowo, Puan: Zalim
Pemilihan Pimpinan DPR Tergesa-gesa, Fahri Hamzah: Demi Jokowi
Setya Novanto cs Jadi Pimpinan DPR, PDIP Kalah 2-0
Ibas: Kami Sepaham dengan Koalisi Prabowo