TEMPO.CO, Balikpapan - Puluhan orang dari Dewan Adat Dayak Paser menyegel kantor PT Wilmar Nabati Indonesia di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin, 13 Oktober 2014. Massa suku Dayak mengklaim perusahaan pengolahan minyak sawit mentah (CPO) ini menguasai 42 hektare tanah adat Dayak Paser untuk pembangunan kantornya.
Massa adat Dayak sudah memadati lahan PT Wilmar sejak pagi hari dengan menumpang empat perahu kecil dari Kampung Baru. Lahan pengolahan CPO perusahaan ini hanya bisa dijangkau lewat transportasi laut melewati Teluk Balikpapan.
Massa berseru agar PT Wilmar mengembalikan peruntukan tanah adat yang kini beralih fungsi menjadi kantor operasional perusahaan itu. Warga suku Dayak mengklaim berhak atas 216 hektare tanah adat yang sebagian di antaranya kini dikuasai PT Wilmar. "Kami sakit hati. Sejak dulu ini adalah tanah adat kami. Tanah ini milik 28 tetua adat Dayak yang di antaranya adalah Sabit Bindangu," kata Dedi Pelampung, anggota Pemuda Adat Dayak Paser.
Namun demikian, Dedi menolak kasus sengketa lahan ini diselesaikan lewat jalur pengadilan perdata. Dia beralasan, pihaknya tidak mengantongi bukti-bukti kepemilikan tanah adat, sehingga peluangnya kecil untuk memenangi kasus tersebut lewat jalur hukum.
"Pasti ditanya surat-surat segel atau sertifikat. Ini adalah tanah adat, sehingga tidak ada surat-suratnya," ucapnya.
Dipimpin Dedi Pelampung dan Syarifullah Pudiansyah, massa histeris menuntut PT Wilmar menghentikan seluruh aktivitas perusahaannya. Aparat kepolisian dan petugas keamanan perusahaan akhirnya mengalah dengan membiarkan massa mematikan dua generator pembangkit listrik serta mesin pengolahan CPO. "Keduanya alat generator listrik dan mesin pembakar CPO," kata Iqbal, karyawan PT Wilmar.
Warga Dayak Paser kemudian menyimpan kunci dua unit peralatan kerja PT Wilmar hingga ada kepastian penyelesaian permasalahan sengketa lahan. Mereka menuntut PT Wilmar membuktikan kepemilikan izin pembangunan kantor operasionalnya di Balikpapan. "Seperti izin prinsip, analisis dampak lingkungan, dan lain lain," ujar Syarifullah.
Belasan personel Kepolisian Sektor Balikpapan Barat kesulitan meredam aksi massa ini. Demo ini diwarnai aksi sejumlah warga Dayak yang kesurupan untuk memohon perlindungan dari para tetua adat yang sudah meninggal.
S.G. WIBISONO
Baca juga:
Jokowi Buka Turnamen Basket Antar Media
Pendamping Ahok, Jangan Sampai seperti Risma
Tenaga Konstruksi Indonesia Jadi Incaran Dunia
Hampir Setiap Hari Bandung Kebakaran