TEMPO.CO, Kupang - Warga Desa Kakikalukuk, Kecamatan Matawai Lapahu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, terpaksa memakan ubi iwi atau ubi beracun untuk bertahan hidup di tengah kekeringan. Mereka memakan ubi beracun sembari menunggu bantuan beras miskin (raskin) dari pemerintah. (Baca: Rakyat Kelaparan, Bupati Sumba Timur Tunggu Laporan)
Camat Matawai Lapahu Dominggus Lalupanda mengatakan ubi beracun itu didapatkan di dalam hutan. Agar bisa dimakan, ubi beracun ini harus direndam di dalam air yang mengalir. Biasanya warga merendam ubi iwi di sungai agar racun yang terkandung di dalamnya hanyut. Selanjutnya ubi itu dijemur dan dimasak. Butuh waktu sepekan untuk memproses ubi itu hingga bisa dimakan.
Dominggus mengatakan banyak warga yang masuk hutan untuk mencari ubi beracun.
Dominggus yang mengaku baru mengunjungi desa tersebut, Selasa, 14 Oktober 2014, mengatakan kekeringan menyebabkan gagal tanam dan gagal panen. (Baca: Kelaparan, Warga Sumba Timur Makan Ubi Beracun)
Namun, kata Dominggus, tidak berarti terjadi kelaparan karena masih cadangan makanan seperti ubi kayu dan talas. Biasanya, warga di daerah itu menanam ubi-ubian, jagung, dan padi saat musim hujan. Selain itu, masih ada kelapa yang bisa dimanfaatkan untuk mengatasi kelaparan.
Memakan ubi iwi atau ubi beracun sudah biasa dilakukan warga Sumba. Apalagi, kata Dominggus, saat ini bertepatan dengan musim ubi beracun. Kebiasaan yang berisiko ini akan dihentikan jika beras raskin sudah tiba.
YOHANES SEO
Berita Terpopuler
Komentari FPI, Akun Megawati Ditanya Balik
KPK: Jokowi Clear!
Obsesi SBY Saat Pensiun: Jualan Nasi Goreng
KPK Sebut Jokowi Tak Punya Rekening di Luar Negeri